tag:blogger.com,1999:blog-41739555255292227362024-02-20T10:57:41.178-08:00All about economy..marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.comBlogger129125tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-47778927469176227272013-03-30T07:57:00.002-07:002013-03-30T07:58:36.643-07:00Bawang Merah, Bawang Putih<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 19pt;">Bawang Merah, Bawang Putih<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Sarlito Wirawan Sarwono </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <strong><i><span style="font-weight: normal;">Guru Besar Fakultas Psikologi</span></i></strong><span class="apple-converted-space"><b><i> </i></b></span><strong><i><span style="font-weight: normal;">Universitas Indonesia</span></i></strong></span><strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;"> </span></strong><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><o:p></o:p></span></i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">KORAN SINDO, 24 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr><td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
Di masa sekolah rakyat ibu saya menyelenggarakan sebuah sandiwara anak-anak “Bawang Merah, Bawang Putih”. Di kota kecil Tegal pada waktu itu, ibu saya punya banyak teman.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Namanya juga kota kecil, jadi hampir semua saling mengenal. Para ibu itu pun mengerahkan anakanak masing-masing untuk menjadi pemain, dan kami, anak-anak pun, berlatih dengan riang di rumah orang tua saya yang kebetulan luas dan lokasinya di tengah kota. Di zaman itu tentunya belum ada sponsor Teh Kotak atau jamu Mustika Perawan. Saya tidak tahu dari mana ibu-ibu itu mendapat dana, tetapi saya duga dari kantong masing-masing, dan bergotong-royong, bekerja sama.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Belum ada katering, jadi ibu-ibu bikin kue-kue sendiri. Tetapi yang jelas, pertunjukan yang diadakan di Gedung Samudra (gedung pertemuan yang paling hebring di Tegal pada waktu itu), berlangsung meriah. Hampir semua anak Tegal menonton pertunjukan yang diadakan dua<i>shift</i> itu. Sampai sekarang pun anak-anak Tegal dari generasi itu (yang masih hidup) yang sesekali bertemu dengan saya, masih ingat akan pertunjukan sandiwara yang “spektakuler” tersebut.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Buat yang belum tahu, dongeng “Bawang Merah, Bawang Putih” ini berasal dari tanah Melayu (Deli) dan mengisahkan dua orang gadis cantik, bersaudara tiri, yang berperangai sangat berbeda. Bawang Putih adalah gadis yang rajin bekerja, halus perasaan, dan berbakti kepada orang tua. Ayahnya sudah meninggal, sehingga Bawang Putih tinggal bersama ibu tiri dan adik tirinya, Bawang Merah, yang sama cantiknya, tetapi perangainya manja, malas bekerja, dan pendengki.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Apalagi ibunya sangat memanjakannya. Keduanya, ibu dan anak ini, memperlakukan Bawang Putih lebih kejam dari TKW di Arab Saudi. Pada suatu ketika Bawang Putih mencuci di sungai, salah satu kain ibu tirinya hanyut. Karena takut dimarahi Bawang Putih pun menyusuri sungai seraya bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya apakah melihat kain ibunya yang hanyut. Akhirnya Bawang Putih sampai ke suatu gua yang ditunggui seorang nenek.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Si nenek tahu di mana kain yang hilang itu, tetapi dia minta supaya Bawang Putih bekerja dulu untuknya. Dasar memang rajin, Bawang Putih menerima tawaran nenek, dan sorenya dia pulang dengan membawa kain dan sebuah labu kecil pemberian nenek. Ketika dia ditawari nenek untuk membawa labu yang lebih besar, Bawang Putih menolak, “Cukup yang kecil saja”, katanya dan dia pun pulang dengan bahagia.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Tetapi, setiba di rumah Bawang Putih justru didamprat oleh ibu dan saudara tirinya, karena pulang terlambat. Ketika Bawang Putih bercerita tentang nenek dan labu, dia makin dimarahi, karena memilih labu yang kecil. Maka labu pun dibanting, <i>praaak...!</i> Labu pun pecah berantakan. Tetapi, yang keluar dari labu adalah perhiasan intan permata yang tak ternilai harganya (biasa, namanya juga dongeng).<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Akhir cerita pasti bisa ditebak (tidak jauh-jauh dari sinetron yang juga gampang ditebak). Bawang Merah pun pergi ke gua dan minta labu. Dia tidak mau kerja, tetapi mau labu yang besar. Nenek yang baik hati memberikan juga labu besar dan Bawang Merah membawa pulang labu untuk ditunjukkan ke ibunya. Maka labu besar pun dibanting juga, <i>praaak!</i> Labu pun pecah berantakan.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Tetapi, yang keluar dari labu adalah puluhan ular dan binatang berbisa (tidak usah heran, namanya juga dongeng). Moral dongeng Melayu ini sama dengan moral dongeng Cinderella, karangan novelis Prancis Charles Perrault pada 1697, yang belakangan sangat populer melalui film kartun Walt Disney. Keduanya menggambarkan kejujuran, kebaikan hati, dan rajin bekerja, sebagai moral yang mulia.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Bedanya, di akhir cerita Cinderella bertemu dan dipersunting oleh pangeran, sedangkan di versi Melayu, tidak ada cinta-cintaan atau pangeran imut, tabu! Jadi berlian dan ularlah ganjaran buat si baik dan si jahat. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Sesudah peristiwa masa kecil itu puluhan tahun lamanya saya tidak peduli pada bawang-bawangan. Saya memang doyan makan, tetapi makanan adalah urusan ibu saya, istri saya, atau restoran.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Karena itu sekarang, ketika bawang merah dan bawang putih mencuat sebagai berita, saya baru ngeh bahwa hidup kita bukan hanya tergantung pada nasi (sudah sering sekali jadi isu nasional), tetapi juga pada bawang-bawangan. Saya tidak bisa membayangkan, misalnya bagaimana rasanya martabak telur tanpa bawang.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Selain itu entah berapa juta orang yang dirugikan karena langkanya bawang merah dan putih ini. Pedagang, pengusaha restoran, distributor, bahkan petani pun ikut rugi karena lahan pertanian tidak bisa dipaksa berproduksi banyak seperti mesin pabrik. Di masa bawang mahal, petani belum panen, atau panen gagal, maka petani tetap gigit jari. Ironisnya, pada saat yang sama, 42,5 ton bawang merah selundupan, di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara, akan dimusnahkan.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Pada saat banyak orang butuh bawang, kok ada bawang-bawang yang mau dimusnahkan? Terlepas dari peraturan dan undang-undang yang berlaku, saya jadi tidak mengerti, bingung (dalam bahasa psikologi: <i>disonan)</i>, <i>speechless</i> deh pokoknya. Tetapi setiap disonansi akan mendorong orang untuk berpikir mencari penjelasan.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Saya yang teringat pada dongeng “Bawang Merah, Bawang Putih” langsung berpikir bahwa di balik semua kisruh perdagangan bawang (dan semua kisruh lain di Indonesia ini) penyebabnya adalah pelaku-pelaku yang tidak bermoral Bawang Putih(?), pedagang tidak jujur (menimbun, menyelundup), pegawai pemerintah malas bekerja (malas turun ke lapangan, ABS), pengusaha membangun tanpa memperhitungkan kerusakan lingkungan,<span class="apple-converted-space"> </span>sehingga lahan pertanian banjir, puso, dan ketika ditanya wartawan semua bicara yang baik-baik saja (aman dan terkendali), padahal semua hanya baik di omongan atau di permukaan saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jadi, terlalu banyak orang yang omongannya Bawang Putih, tetapi kelakuannya Bawang Merah, alias munafik atau hipokrit. Kalau setiap pemimpin dan tokoh Indonesia bisa bermental Bawang Putih, dijamin bangsa ini tidak akan semorat-marit seperti sekarang. Apalagi kalau Bawang Putih benar-benar ada dan kita pilih jadi presiden. <i>Nahitubaru... maknyoos!</i> ●</div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-8267769732020838522013-03-30T07:56:00.000-07:002013-03-30T07:58:36.654-07:00Chavez dan Mosaik Sosialisme Kerakyatan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Chavez dan Mosaik Sosialisme Kerakyatan<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Martin Bhisu SVD </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <em>Rohaniman:</em><span class="apple-converted-space"><i> </i></span><em><line></line>Berkarya di Paraguay</em><i><o:p></o:p></i></span></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">KOMPAS, 14 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
Hugo Chavez sebelum dan sesudah wafat mendapat perhatian istimewa. Alasan utama: wawasan dan praktik politiknya merupakan tanda perbantahan dari sebuah tatanan yang peninggalannya adalah sebuah mosaik sosialisme kerakyatan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Eduardo Galeano, penulis prestisius asal Uruguay, pernah menjuluki Amerika Latin sebagai benua dengan urat nadi yang terbuka. Sebuah metafora tentang luka lama benua ini sebagai akibat penjajahan yang ragamnya sekarang disebut neokolonialisme, penjajahan baru. Istilah ini terhubung dengan kondisi Amerika Latin: ibarat sapi perah yang susunya, hasil pertumbuhan ekonomi, dinikmati perusahaan-perusahaan multinasional.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Venezuela bukan kekecualian. Akibat rontoknya boom minyak pada 1970-an, negara vino tinto ini mengalami krisis ekonomi. Presiden Andres Perez waktu itu mengikuti resep dogmatis IMF yang bukan solusi, melainkan problem. Pada akhirnya yang meningkat adalah angka kemiskinan yang memprihatinkan, sementara perdagangan minyak Venezu- ela di tangan perusahaan asing.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Runtuhnya ekonomi mendapat protes masyarakat yang berakhir dengan kudeta militer yang mengusung Chavez pada 1993. Meritokrasi Chavez untuk menyembuhkan urat nadi yang terbuka patut dicemburui pemimpin negara apa pun yang menganggap diri pujangga ekonomi kapitalis.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menurut laporan Komisi PBB bagi Ekonomi Amerika Latin (CEPAL), Venezuela berhasil menurunkan 44 persen angka kemiskinan: 5 juta jiwa dari total penduduk tidak lagi miskin. Dalam hal kesadaran berdemokrasi, partisipasi elektoral mencapai lebih dari 88 persen penduduk, yang pada pemilu terakhir 55 persen suara untuk Chavez.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menyangkut anggaran dana sosial, negara-negara sosial demokrat Eropa tak bisa menyaingi Venezuela yang mengalokasikan 60 persen dari total produk domestik bruto. Sebanyak 14 juta penduduk mendapat subsidi pangan, dan tahun ini 61 persen penduduk membeli pangan di pusat- pusat perbelanjaan milik negara. Selama 2011 Chavez menyerahkan 146.022 rumah kepada penduduk paling miskin.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Rekam jejak terpuji di atas menjadikan Chavez seorang pemimpin politik yang diterima di kalangan rakyat kecil dan berhasil memenangi pemilu empat kali beruntun. Sangat lumrah bila ada kelompok yang punya barometer politik ekonomi yang berseberangan dengannya, terutama yang kepentingan mereka dirugikan karena negara mengambil alih kendali PDVSA, perusahaan minyak Venezuela.</div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Sosialisme Kerakyatan</b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Chavez pernah mengatakan, ”Tak bisa dimengerti bagaimana dapat mendistribusikan kekayaan negara kalau institusi tak diubah. Apakah ada alternatif lain?” Pertanyaan yang dituntun oleh jawaban yang hendak dicari. Model negara sosialis dan sosialisme kerakyatan merupakan dua pokok penting yang harus tepat diartikulasi menjadi jawaban alternatif terhadap ekonomi laissez- faire.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Negara dengan para pemimpinnya yang dipilih rakyat untuk memerintah atas nama rakyat tidak melayani kepentingan perusahaan-perusahaan transnasional, melainkan melayani rakyat. Rancang bangun sebuah ekonomi sosial pertama-tama ditempuh Chavez adalah dengan merombak institusi negara yang birokratis dan koruptif menjadi negara sosialis yang kerakyatan. Dalam tahun-tahun pertama, Chavez tak mudah menempuh jalan ini, bahkan kudeta sekelompok militer yang didukung oposisi hampir menjatuhkannya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Peran negara tidak seperti dalam paham sosialisme terpimpin dan doktriner (model sosialisme bekas Uni Soviet), tetapi memberi peran yang lebih besar, dinamis, dan relevan kepada pemerintah untuk mengatur ekonomi. Dengan PDVSA sebagai jantung ekonomi, Chavez memilih cara klasik: menaikkan permintaan agregat. Artinya, negara mengeluarkan banyak anggaran untuk sektor-sektor pembangunan padat karya sehingga meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan per kapita. Perusahaan swasta dapat untung juga karena saat konsumsi meningkat (faktor yang sangat bergantung pada pendapatan per kapita), permintaan akan barang dan jasa juga meningkat. Akhirnya produksi terdongkrak.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di samping itu, meningkatnya anggaran dana sosial sangat membantu masyarakat miskin. Politik sosial seperti ini memberi warna khusus bagi Chavez karena mayoritas orang miskin di banyak negara maju sekalipun tak disentuh kebijakan ekonomi pemerintah.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Faktor rakyat sangat menentukan dalam ekonomi sosialis. Selama politik ekonomi yang berciri karitatif dan asistensialistis merupakan pilihan utama, kega- galan mudah diprediksi sebab yang hilang ialah gejala dari kemiskinan, bukan sebabnya. Chavez mengorganisasikan koperasi produktif yang dibantu kredit lunak untuk memberantas sebab kemiskinan. Ke dalam koperasi itu demokratis, ke luar kompetitif sesuai dengan hukum pasar.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Peran pemerintah dan rakyat yang proaktif dalam produksi dan distribusi barang dan jasa sungguh merupakan mosaik ekonomi sosial kerakyatan. Indonesia mungkin tak dapat meniru model ini karena banyak sebab. Di anta- ranya mental kerakyatan yang minim dari pemerintah. Dengan sistem pemerintah yang sangat parlementaristis, kekuasaan eksekutif ke dalam takut akan teka- nan primordial sejumlah golongan; ke luar berkiblat ke negara Barat dan bangsa kita terbiasa dengan apa yang ada.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebab kedua adalah kurangnya pengalaman signifikan bagai- mana hidup cukup sejahtera. Kecuali sampai akhir 1980-an, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan secara akumulatif, tetapi ekonomi yang trickle down seperti ini tak menyentuh periuk nasi orang miskin. Berbeda dengan Venezuela, sebelum krisis minyak, pertumbuhan ekonomi berkarakter sosial, dan masyarakat tahu bagaimana dampak positif ekonomi kerakyatan. Hal ini menjadi pembelajaran kolektif yang ujungnya adalah revolusi sosial melawan pemerintah koruptif selama krisis minyak.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mungkin mosaik sosialisme kerakyatan Venezuela bisa menjadi inspirasi bagi Pemerintah Indonesia mendatang. Namun, ini bergantung sepenuhnya kepada rakyat yang berwawasan sosialis memilih orang yang berpihak kepada kaum jelata. ● </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-21728867109599398592013-03-30T07:54:00.006-07:002013-03-30T07:58:36.637-07:00Darurat Konstitusi Sektor Pangan, Air, dan Energi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Darurat Konstitusi Sektor Pangan, Air, dan Energi<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Dewi Aryani </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan</i></span><i><o:p></o:p></i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">SINDO, 14 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
Pangan, air, dan energi merupakan kebutuhan mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Secara sederhana manusia membutuhkan makan dan air untuk hidup serta butuh energi guna menunjang mendapatkan kedua hal tersebut.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Geoff Hiscock dalam bukunya, Earth War,menyatakan bahwa ketahanan pangan, air, energi, dan logam merupakan isu utama yang menjadi perhatian berbagai negara di dunia saat ini. Selain karena keberadaannya terbatas, laju pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sehingga kebutuhan akan sumber daya pun meningkat. Hal ini berimplikasi terhadap intensitas perebutan kekuasaan antara negara atas sumber daya.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />China dan India akan menjadi penentu pasar energi di dunia, sedangkan di Asia tenggara pada 2050 menjadi masa keemasan bagi Indonesia, di mana ada bonus demografi diikuti oleh sumber daya yang kaya akan minyak/ gas, termal, batu bara, kelapa sawit, dan pangan (Hiscock, 2012). Krisis air, pangan, dan energi tak terelakkan. Harga pangan akan tetap tinggi dan fluktuatif.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Begitu pula dengan energi, khususnya minyak dan gas bumi (migas), cadangan minyak diperkirakan 1,2 triliun barel yang diperkirakan hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan dunia selama 30 tahun ke depan. Sedangkan untuk air secara global satu dari empat orang di dunia kekurangan air minum, sementara satu dari tiga tidak mendapatkan sanitasi yang layak.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Dengan potensi kerentanan itu, perlu kebijakan antisipatif. Pembuat kebijakan harus lebih arif dalam membuat kebijakan terkait ketahanan energi, pangan, dan air, serta jaminan keberlangsungan pada masa akan datang.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br /><strong><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Antisipasi Indonesia</span></strong><span class="apple-converted-space"><b> </b></span><br /><br />Tidak berbeda jauh dengan apa yang melanda dunia, Indonesia juga mengalami krisis baik pada pangan, air, maupun energi. Berdasarkan Kepala BNPB, Indonesia akan mengalami krisis air, terutama musim kemarau. Pada 2020 potensi air yang layak diperkirakan sebesar 35% dari total air yang dikelola atau sekitar 400 meter kubik per kapita per tahun. Angka ini tentu jauh dari angka minimum dunia yaitu 1000 meter kubik per kapita per tahun.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Pada pangan pemenuhan swasembada pangan lima komoditas yaitu beras, jagung, kedelai, daging sapi, dan gula belum optimal, terlihat dari ada ketergantungan terhadap impor, kedelai sekitar 70%, gula 54%, dan daging sapi sekitar 20%. Selain itu juga permasalahan terkait ketersediaan lahan garapan ratarata petani yang hanya 0.3 hektare. Idealnya petani memiliki lahan garapan seluas 2 hektare, ditambah maraknya ada konversi lahan pertanian, contoh penyusutan lahan pertanian dari 1,550 hektare menjadi 1300 hektare pada 2012.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Sedangkan pada sektor energi, khususnya minyak bumi, dapat diketahui bahwa konsumsi minyak bumi pada 2010 mencapai 388,241 ribu barel dengan konsumsi per hari rata-rata 1,063,674 barel per hari. Sayangnya, Indonesia hanya mampu memproduksi BBM sebesar 241,2 juta barel sehingga pemerintah masih mengambil kebijakan mengimpor produk BBM sebesar 23,633 juta barel.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Departemen ESDM pada 2011 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki cadangan minyak bumi hampir sebesar 8 miliar barel (7.764,48 MMSTB), di mana 3,7 miliar barel telah terbukti, dan sisanya merupakan cadangan potensial. Ketersediaan minyak bumi tersebut, jika diukur dengan rasio cadangan terbukti terhadap produksi (RP ratio), dapat bertahan selama 12,27 tahun.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Berdasar pada persoalan di atas, tidak heran jika isu ketahanan pangan dan energi menjadi urgensi tersendiri bagi pemerintah saat ini. Hal ini tercermin dalam program dua tahun kedepan (hingga 2014) yang menekankan ada ketersediaan dan keterjangkauan pangan masyarakat baik harga maupun aksesibilitas dalam membeli produk pangan.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br /><strong><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Amanat Konstitusi</span></strong><span class="apple-converted-space"><b> </b></span><br /><br />Berdasarkan undang-undang yang mengatur komoditas strategis ini, di antaranya UU No 30/2007 mengenai energi, UU No 7/2004 mengenai sumber daya air, dan UU No 18/2012 mengenai pangan, dan tujuan bangsa dan negara, ketahanan pangan, serta air dan energi diupayakan berbasis pada kedaulatan dan kemandirian yang sejatinya berupaya untuk mewujudkan kedaulatan nasional yang tangguh.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Kedaulatan mencerminkan hak menentukan kebijakan secara mandiri, menjamin hak atas sumber daya tersebut, dan memberi hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem usaha sesuai dengan potensi sumber daya dalam negeri. Sedangkan kemandirian lebih menekankan pada kemampuan negara memproduksi kebutuhannya di dalam negeri.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Undang-undang pangan dan energi pun menjelaskan bahwa dapat melakukan impor dengan catatan produksi pangan dan energi tidak mencukupi. Sayangnya, yang terjadi masih tingginya impor pangan dan energi nasional dalam memenuhi kebutuhan. Kembali pada makna yang tersirat dari UUD 1945, sumber daya alam dipergunakan dan dapat dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Jika dipahami lebih dalam, tidak hanya memandang energi, pangan, dan air sebagai sebuah produk yang perlu disediakan, melainkan juga perlu ada kebijakan yang mengarah pada pembangunan dan pengembangan industri pangan, air, dan energi nasional. Dengan demikian, kebijakan yang mengimpor kebutuhan dengan dalih lebih murah bukanlah hal yang tepat karena berkaitan dengan kemandirian negara.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Dari tiga komoditas strategis yang dibahas, saat ini sektor migas mengalami darurat konstitusi, pola pengelolaan saat ini belum dilindungi secara utuh oleh undang-undang. Darurat konstitusi arahnya kepada mengembalikan lagi semua isi UU dan kebijakan turunannya sesuai kepada UUD 1945 Pasal 33.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Kata “darurat” menjadi penting untuk dikupas demi menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan ekonomi dan segala bidang kehidupan jika ketiganya makin langka, musnah, bahkan tidak ada cadangan bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kondisi darurat konstitusi tentu dapat dijadikan peluang bagi berbagai pihak untuk mengambil keuntungan, terutama dalam kontrak eksplorasi dalam sektor migas.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Pada pangan, kemampuan produksi nasional perlu diimbangi dengan keberadaan lembaga pemerintah sebagai stabilisator harga pangan. Peranan Perum Bulog perlu diperkuat sehingga harga pangan dapat dikendalikan, baik mengurangi fluktuasi harga sekaligus mengantisipasi cadangan pangan untuk kondisi darurat. Setidaknya harga produk pangan strategis seperti beras, jagung, gula, daging sapi, dan kedelai terjangkau oleh masyarakat dan tersedia.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Ketersediaan ini pula didorong untuk tidak lagi mengimpor dari negara tetangga, tetapi dihasilkan dari pertanian lokal. Pada sektor energi, negara wajib mengambil alih kembali kepemilikan dan pengelolaan sumber daya alam. Menyiapkan cadangan energi baik untuk cadangan operasional maupun cadangan strategis demi menanggulangi kondisi darurat dan krisis energi.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Intinya dari permasalahan krisis pada komoditas strategis ini adalah tata pengelolaan sehingga solusi perlu diarahkan mengefisienkan dan mengefektifkan tata kelola sektor-sektor strategis ini. Secara umum terdapat beberapa rekomendasi dalam menyikapi kondisi darurat pangan air dan energi ini.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Pertama, ada harmonisasi kebijakan pemerintah baik undang-undang hingga keputusan menteri yang terkait dengan pengelolaan sumber daya energi, air, dan pangan. Kedua, ada penguatan kelembagaan dan koordinasi antarlembaga yang terkait, baik perbankan, akademisi, LSM, maupun swasta guna meningkatkan inovasi dan produktivitas sumber daya terkait. Ketiga, ada jaminan ketersediaan khususnya dalam mengembangkan potensi produksi melalui pengembangan teknologi.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Keempat, keterjangkauan melalui penataan kembali sistem logistik, baik pergudangan, cadangan, perbaikan, maupun pengembangan infrastruktur transportasi. Terutama guna memperpendek <i>supply chain</i> energi, pangan, dan air. Kelima, membangun sistem pengawasan terkait distribusi dari sumber daya energi, pangan, dan air. ●</div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-24021777561620748062013-03-30T07:54:00.003-07:002013-03-30T07:58:36.639-07:00Kapan Berhenti Jadi Agen Penjualan?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Kapan Berhenti Jadi Agen Penjualan?<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">J Supranto </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Ahli Peneliti Utama Bidang Ekonomi dan Manajemen,<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Guru Besar Statistik UPI YAI</span></i><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><o:p></o:p></span></i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">MEDIA INDONESIA, 14 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
SEWAKTU saya mengikuti seminar ilmu pengetahuan di Seoul, Korea Selatan, saya membaca artikel dari majalah lokal dengan judul <i>Korea tidak Mau lagi Menjadi Agen Penjualan Jepang!</i>. Negeri itu memang pernah dijajah Jepang selama 3,5 tahun.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Timbul pertanyaan dalam hati saya, kapan Indonesia berhenti menjadi agen penjualan? Kenyataan menunjukkan Indonesia bukan hanya menjadi agen penjualan barang-barang Jepang, melainkan juga menjadi agen Taiwan, China, Korea, Thailand, Amerika, Jerman, Inggris, Prancis, dan negara Eropa lainnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Korea berani sesumbar tidak mau lagi menjadi agen Jepang karena mereka sudah menguasai teknologi, mampu memproduksi barang bernilai ekonomi tinggi seperti mobil, televisi, komputer, telepon seluler, dan alat untuk mendeteksi jenis penyakit. Korea sebagai produsen memiliki barang. Indonesia sebagai penjual dan sekaligus sebagai pengguna barang karena belum menguasai teknologi. Indonesia juga belum mampu memproduksi barang bernilai ekonomi tinggi berdasarkan bahan mentah asal negeri sendiri.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mengapa dan bagaimana agar bisa cepat berhenti menjadi agen penjualan? Selama Indonesia tidak menguasai teknologi dan tidak segera berusaha menguasainya, selamanya akan menjadi agen penjualan, menjadi suruhan bangsa lain. Ini ironis sekali. Setelah mampu menguasai teknologi dan sekaligus mampu memproduksi barang bernilai ekonomi tinggi, pada saat itulah Indonesia baru bisa berhenti menjadi agen penjualan. Lalu kapan? Eksperimen yang menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi harus dilakukan!<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Penelitian melalui eksperimen untuk menghasilkan barang bernilai ekonomi tinggi merupakan proses yang lama dan memerlukan biaya tinggi. Hanya pemerintah dan perusahaan swasta besar yang mampu melakukannya. Menghasilkan barang bernilai ekonomi tinggi yang bisa memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri melalui ekspor memerlukan eksperimen atau percobaan-percobaan yang belum tentu berhasil. Artinya barang jadi yang dihasilkan belum pasti bisa diterima pasar/laku dijual. Itu merupakan risiko.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam era globalisasi dengan persaingan bisnis sangat ketat, kiat agar produsen bisa memenangi persaingan harus mampu menghasilkan produk yang mutunya lebih baik, harganya lebih murah, penyerahan lebih cepat, dan pelayanan lebih baik jika dibandingkan dengan pesaing. Untuk melakukan perbandingan itu diperlukan data/statistik guna mengetahui d secara kuantitatif, berapa lebih s murah harganya, berapa lebih cepat penyerahannya, secara rata-rata.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Semua itu dilakukan agar pembeli mendapatkan kepuasan secara menyeluruh (<i>total satisfaction</i>) kemudian menjadi loyal dengan ciri bersedia membeli berkali-kali (<i>repeat order</i>) sehingga penjualan meningkat dan pada gilirannya laba juga akan meningkat. Produsen barang apa saja yang bernilai ekonomi tinggi harus mampu memproduksi barang yang bisa dijual karena memang dibutuhkan pembeli (seperti obat mujarab yang bisa menyembuhkan sakit jantung atau sakit kanker, atau barang lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup). Jadi, bukan sekadar menjual barang yang bisa diproduksi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Perbanyak Penelitian<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Seperti telah disebutkan, penelitian bersifat eksperimen memerlukan waktu lama, biaya mahal, dan mengandung risiko, artinya bisa saja gagal. Namun, tanpa melakukan eksperimen yang bisa mengubah bahan mentah (<i>raw material</i>) menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, jangan harap bangsa Indonesia mampu menghasilkan barang bermutu yang mampu bersaing di pasar internasional.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Misalnya dengan banyaknya jenis tanaman obat di Indonesia, dan melalui eksperimen, bisa ditemukan obat kanker, penyakit jantung, hingga jenis penyakit lainnya. Pengo batan penyakit tersebut amatlah mahal. Lebih hebat lagi kalau obat ter sebut bisa diekspor, setidaknya ke ne gara-negara tropis.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di konferensi Colombo Plan di Rangoon (kini Yangon), Myamar, salah satu keputusan nya yang menyangkut kesehatan ialah obat penyakit orang tropis harus dihasilkan di daerah tropis melalui penelitian di daerah tropis pula. Obat yang cocok untuk orang Eropa belum tentu cocok untuk orang yang tinggal di daerah tropis karena daya tahan tubuh nya berbeda. Usahakan melalui eksperimen agar dapat dihasilkan produk yang dibutuhkan tidak saja oleh pasar dalam negeri, tetapi juga luar negeri yang dapat menghasilkan devisa.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Devisa itu dibutuhkan untuk mengimpor bahan mentah atau bahan baku yang masih sangat dibutuhkan tetapi Indonesia belum mampu memproduksinya sendiri. Produk yang dihasilkan melalui eksperimen seharusnya mampu bersaing di pasar internasional atau mampu bersaing dengan produk impor yang beredar di pasar dalam negeri, bukan produk sembarangan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bayangkan kalau Indonesia bisa menghasilkan durian yang manis, tanpa biji atau bijinya kecil/tipis, jeruk manis yang kulitnya kelihatan bersih dan segar/tidak kusam apalagi tanpa biji (<i>seedless</i>). Kita bisa menyaksikan durian monthong dari Thailand di pasar London, Inggris. Kapan Indonesia bisa mengekspor buah-buahan seperti Thailand?</div>
<div class="MsoNormal">
Memanfaatkan sumber daya manusia dan alam yang berlimpah, salah satu kuncinya. Jika dilihat dari jumlah penduduknya, Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Amerika. Itu berarti sumber daya manusia berlimpah. Indonesia juga terkenal akan kekayaan alamnya, yaitu laut yang luas dengan berbagai jenis ikan dan tanah yang luas dan subur, penuh dengan berbagai jenis tanaman dan berbagai jenis bahan tambang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Apakah bangsa Indonesia sudah menikmati semua itu?<br />Ternyata belum karena masih banyak orang miskin. Kita masih membutuhkan orang-orang bermutu yang melalui eksperimen yang dilakukan bisa mengubah kekayaan alam menjadi barang bernilai ekonomi tinggi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Serahkan ke Asing<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menurut Michael Porter, penulis buku <i>The Competitive Advantage of Nation</i>, faktor anugerah Tuhan (<i>endowment factors</i>) memang penting. Akan tetapi, lebih penting lagi faktor buatan manusia (<i>man made factors</i>). Sebagai contoh ikan di laut ditangkap dijadikan makanan dalam kaleng (bisa diekspor). Atau emas dibuat perhiasan, minyak bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pesawat, mobil, kapal laut, hingga industri. Namun, semua itu harus dilakukan anak bangsa, untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh bangsa Indonesia. Bukan malah menyerahkan pengelolaannya kepada bangsa asing seperti sekarang ini. Bangsa ini harus mempunyai tenaga peneliti melalui eksperimen yang mampu mengubah sumber daya alam sebagai bahan mentah ke barang bernilai ekonomi tinggi, untuk memenuhi kebutuhan hidup.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bangsa Jepang sangat menyadari bahwa tidak semua orang senang meneliti, apalagi melakukan eksperimen/percobaan. Itu sebabnya peneliti haruslah dihargai, kebutuhan hidupnya dipenuhi sehingga bisa konsentrasi penuh dengan tugasnya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Pemerintah Singapura menawarkan kepada para peneliti agar mendatangkan ahli peneliti dari luar negeri. Berapa pun gaji yang diminta ahli tersebut akan dibayar pemerintah. Jangka waktunya hanya lima tahun dan pemerintah memberi syarat agar dalam waktu tersebut para peneliti Singapura sudah mampu menyerap (<i>know how</i>) ilmu. Cara itu sebenarnya bisa diterapkan di Indonesia asalkan pemerintah punya keinginan. Dengan demikian, Indonesia akan menjual barang produksi sendiri, bukan menjual barang bangsa lain, alias menjadi agen penjualan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Harga Diri Bangsa<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Menjadi agen penjualan bangsa lain memang tidak salah dan bisa dianggap sebagai proses pembelajaran, bagaimana cara memasarkan agar barang laku dijual. Sebagai proses pembelajaran tentu waktunya terbatas. Kalau terus-menerus menjadi agen penjualan milik bangsa lain, pasti harga diri sebagai suatu bangsa akan jatuh karena menjadi pesuruh saja.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kita sebagai bangsa memerlukan pimpinan yang mampu meningkatkan harga diri bangsa. Jangan membiarkan bangsa ini menjadi pesuruh bangsa lain untuk menjualkan barangnya. Kalau Korea bisa, mengapa Indonesia tidak?<span class="apple-converted-space"> </span>●</div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-82323523335026414282013-03-30T07:54:00.000-07:002013-03-30T07:58:36.653-07:00Titik Keadilan Harga<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Titik Keadilan Harga<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Ihwan Sudrajat </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Pengamat Masalah Perekonomian<o:p></o:p></i></span></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">SUARA MERDEKA, 14 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
’’BADAI’’ harga sekarang ini sedang melanda konsumen, padahal kenaikan harga daging sapi belum mereda sejak Lebaran hingga saat ini.<span class="apple-converted-space"> </span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kini konsumen harus merogoh kocek lebih dalam lagi, terutama untuk membeli bawang merah dan bawang putih. Harga bawang merah pada Januari hingga minggu pertama Februari masih di bawah Rp 20 ribu per kg, sekarang berlipat hingga Rp 50 ribu, sedangkan harga bawang putih Rp 60 ribu (10/03).<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Dalam bayangan kita, harga tinggi pasti menguntungkan produsen (untuk bawang merah) dan importir (untuk bawang putih). Ketika harga berada pada status menguntungkan maka produsen, pedagang besar, dan importir terus membanjiri pasar dengan produk itu, dan mulai mengurangi pasokan ke tingkat normal ketika harga kembali wajar.<span class="apple-converted-space"> </span>Kenyataannya, harga tinggi acap membuat pedagang merugi karena hanya bisa menjual dalam volume lebih kecil.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Tak heran, beberapa waktu lalu, sejumlah wanita pedagang daging sapi berdemo ke gubernuran memprotes kenaikan harga komoditas itu. Beberapa pedagang daging berhenti berjualan karena jumlah konsumen berkurang banyak. Pedagang bawang merah pun mengeluhkan penurunan cukup tajam volume penjualan komoditas itu .<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Untuk memperjelas posisi ini, bayangkan Anda sebagai pedagang dengan tingkat omzet yang sudah diketahui. Ekspektasinya, volume penjualan tak akan berbeda jauh, kalau pun ada perubahan, Anda menyiapkan rentang 1-2 hari hingga barang terjual habis.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Bagaimana bila Anda pada posisi sebagai konsumen? Pada saat harga bawang merah mencapai Rp 50 ribu per kg, kalau Anda berpendapatan tetap, mau tidak mau harus menurunkan volume pembelian karena uang belanja tetap. Jika harga meningkat hingga 200%, Anda pasti membeli pada tingkat minimal, bahkan menghentikan, dan beralih ke produk substitusi seperti bawang bombay yang sepenuhnya impor dan harganya hanya setengahnya.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br /><b>Titik Pertemuan</b><br /><br />Namun Anda tentu tetap membeli bawang merah pada volume normal meskipun harga meningkat karena menganggap masih dalam batas kewajaran terutama saat Anda menyadari tingkat substitusi bawang merah oleh komoditas lain sangat rendah. Artinya konsumen menganggap bawang merah masih sulit tergantikan. Dari gambaran itu, ternyata sulit menemukan kesepakatan harga ’’adil’’, yakni yang menguntungkan pedagang tapi masih bisa dijangkau konsumen. Definisi harga adil adalah harga yang berada pada keseimbangan, yaitu titik pertemuan antara kekuatan penawaran dan kekuatan permintaan.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Siapakah yang berani mengambil inisiatif mewujudkan harga yang adil: pedagang atau konsumen? Pedagang tentu tak berani menjual pada tingkat harga konsumen jika itu berisiko membangkrutkan dirinya. Adapun konsumen pasti mengurangi volume pembelian, dan mengembalikan ke volume asal pada saat harga mencapai keseimbangan atau memenuhi harapan mereka.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Akibatnya, terjadi saling menunggu dan tanpa disadari mereka telah menjadi korban dari tangan-tangan yang tidak tampak (<i>the invisible hand</i>) yang mengatur harga, termasuk mengatur<i>supply and demand</i>.<br /><br />Pemerintah adalah pihak yang paling diharapkan oleh pedagang atau pun konsumen untuk mewujudkan keadilan harga. Pemerintah secara efektif berhasil mewujudkan harga adil untuk beras karena ada lembaga penyangga, yaitu Bulog yang cepat mempengaruhi pasokan ketika kenaikan harga beras bisa mengganggu kesejahteraan dan mendorong peningkatan orang miskin.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Untukbawang merah, cabai merah, daging sapi, dan hasil bumi yang lain, pemerintah dapat mengambil substansi dari sistem itu, yakni dengan ’’mengawal’’ kekuatan pasokan. Ada dua faktor yang dapat memperkuat pasokan, pertama; menjamin produksi di hulu, dan kedua; meningkatkan efisiensi distribusi. Untuk faktor pertama, yang terpenting bukan meningkatkan produksi melainkan mendistribusikan produksi secara merata sepanjang tahun dengan hasil produksi yang seimbang dengan permintaan pasar.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Diperlukan data lengkap dan akurat, terkait antara lain luas areal, waktu tanam, panen di sentra produksi, dan ketersediaan air irigasi di daerah tersebut. Selanjutnya pemda bersama kelompok tani membuat jadwal tanam yang tentunya harus dipatuhi oleh petani anggota kelompok.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Agar pelaksanaan jadwal tersebut efektif, pemerintah perlu menjamin ketersediaan sarana produksi atau memberi subsidi. Jaminan ini yang akan mengikat mereka, sehingga ketika ada anggota tak mematuhi jadwal tanam, ia bisa dikenai sanksi pembatasan akses sarana produksi. Untuk meningkatkan efisiensi distribusi, pemerintah wajib menyediakan dan memelihara infrastruktur jalan sehingga pendistribusian barang bisa lebih efisien. Pada sentra produksi tertentu perlu disediakan terminal agrobisnis sebagai pusat transaksi sekaligus penyimpanan sementara. <span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Sistem ini sebenarnya mulai terlihat di beberapa daerah sentra produksi, namun pemeliharaannya sangat kurang sehingga jaminan produksi di hulu tak bisa dikendalikan, yang berdampak negatif terhadap keseimbangan <i>supply and demand</i>. Tidak mengherankan fluktuasi harga bawang merah dan cabai merah selalu terjadi tiap tahun.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Konsumen selalu menjerit ketika harga berubah mencekik leher, petani pun tak puas terhadap pemerintah karena harga tiba-tiba merosot tajam akibat produksi berlebihan sehingga mereka tidak tahu lagi ke mana harus memasarkan dan bagaimana mengembalikan modal.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Rasanya tak adil jika yang dipikirkan hanya nasib produsen, tetapi juga tidak benar jika konsumen ditempatkan pada posisi lebih penting ketimbang produsen.<span class="apple-converted-space"> </span>Kedua pihak mempunyai peran sama demi menciptakan keseimbangan antara pasokan dan permintaan, menjaga stabilitas harga, dan mendorong aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Karena itu, penting bagi kita mewujudkan keadilan harga.<span class="apple-converted-space"> </span>● </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-23370127378924686622013-03-30T07:53:00.003-07:002013-03-30T07:58:36.638-07:00Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian?<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Sri Adiningsih </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta<o:p></o:p></i></span></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">KORAN SINDO, 15 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt;">
Tahun 2013 dibuka dengan ingar-bingar masalah hukum yang tidak kunjung selesai, menyita perhatian bangsa Indonesia karena melibatkan berbagai elite politik ataupun penguasa.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Demikian juga suasana politik sudah mulai menghangat meskipun hajatan pemilu masih tahun depan. Kondisi sosial dan ekonomi tampaknya juga tidak akan steril dari pengaruh politik yang tengah menghangat di Indonesia. Karena itu, kita mesti mewaspadai berbagai perkembangan domestik yang terjadi agar dapat meminimisasi dampaknya pada ekonomi. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai melemah pada tahun lalu.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Sementara perkembangan ekonomi internasional juga kurang menguntungkan Indonesia. Dampak dari pelemahan ekonomi Eropa yang kontraksi 0,9% pada kuartal keempat pada 2012 serta kenaikan pajak dan penghematan fiskal AS diperkirakan akan menghambat pertumbuhan ekonomi AS serta pelemahan pertumbuhan dua raksasa emerging market di Asia seperti China dan India tidak bisa dihindari oleh Indonesia.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Ekonomi Indonesia yang terbuka dan masih belum besar saat ini cenderung mudah dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi internasional, khususnya dari negara atau kawasan yang memiliki hubungan ekonomi yang signifikan dengan Indonesia seperti AS, Eropa, China, dan India. Karena itu, kita perlu mewaspadai perkembangan ekonomi internasional 2013 dengan cermat agar dapat meminimisasi dampaknya bagi ekonomi Indonesia.<br /><br /> Indonesia Economic Review and Outlook (IERO) dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dalam buletinnya edisi Maret 2013 mengulas tentang dampak perkembangan politik pada perekonomian Indonesia sehubungan dengan mulai menghangatnya suhu politik di Indonesia.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />IERO tampaknya mencermati bahwa menghangatnya suhu politik bisa membawa dampak negatif pada perekonomian Indonesia sehingga perlu diwaspadai dan dicermati oleh otoritas, masyarakat, dan dunia usaha agar semuanya ikut mengawasi supaya ekonomi Indonesia tidak banyak terpengaruh oleh perkembangan politik yang ada.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Apalagi GAMA Leading Economic Indicator juga menunjukkan arah yang negatif, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan masih akan menurun pada kuartal pertama pada 2013. Sementara tulisan “Indonesia’s Economy Tipping the Balance” dari the Economist edisi 23 Februari-1 Maret 2013 mempertanyakan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia, “Gloomy politics, so how long can the bright economics last?<br /><br />”Tampaknya masyarakat internasional pun melihat masalah publik dan politik yang kurang mendukung ekonomi Indonesia meskipun masih bisa tumbuh 6,2% tahun lalu. Saat ini motor penggerak ekonomi seperti ekspor dan investasi menghadapi tantangan yang berat karena pelemahan ekonomi global dan kebijakan pemerintah yang dianggap memproteksi ekonomi domestik bisa menurunkan FDI.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Padahal defisit neraca perdagangan barang dan jasa semakin membengkak (padahal dalam 14 tahun terakhir surplus). Dari sisi domestik atau keuangan negara, APBN juga selalu defisit, nilainya cenderung terus meningkat. Jika terjaditwin deficit di Indonesia, dikhawatirkan bisa menghambat pertumbuhan atau pembangunan ekonomi sehingga perlu kebijakan untuk menghindari defisit eksternal dan domestik di Indonesia.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br /><strong><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Ketimpangan yang Membelenggu?</span></strong><br /><br />Ekonomi Indonesia yang menghadapi tantangan dan ancaman cukup besar tahun ini bisa menghadapi pelemahan pertumbuhan ekonomi, dapat meningkatkan pengangguran dan kemiskinan. Meskipun jumlah kelas menengah Indonesia menurut data ADB meningkat dari 81 juta 2003 diperkirakan menjadi 150 juta pada 2012, sekitar separuhnya masih berpengeluaran di bawah USD2 per hari per orang dan sekitar tiga perempatnya di bawah USD4 per hari per orang.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Jika pertumbuhan ekonomi menurun, jumlah penduduk yang menjadi miskin atau miskin lagi akan meningkat dan bisa memicu keresahan sosial. Apalagi ketimpangan kesejahteraan masyarakat (yang diukur dengan Gini Ratio). Indonesia meningkat dari 0,34 pada 2005 menjadi 0,41 pada 2012, di mana peningkatan ketimpangan terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan meskipun tingkat ketimpangan di perkotaan lebih besar dari perdesaan.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Meningkatnya ketimpangan tingkat kesejahteraan jika dibarengi dengan kemerosotan ekonomi bisa menimbulkan gejolak sosial. Padahal memasuki 2013 suhu politik dan sosial juga sudah mulai menghangat karena mendekati pemilu. Karena itu, Indonesia harus berusaha agar defisit ganda tidak terjadi agar pelemahan ekonomi dapat dihindari.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Indonesia tidak memiliki kemewahan untuk mampu menghadapi twin deficitdengan baik (tanpa menimbulkan dampak yang besar). Untuk itu, otoritas ekonomi khususnya pemerintah harus berusaha menghindarinya, keberhasilannya banyak bergantung pada kebijakan pemerintah. Defisit APBN sebenarnya paling mudah untuk dihindari dengan mengurangi subsidi energi yang tahun lalu mencapai lebih dari Rp300 triliun.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Demikian juga defisit eksternal akan lebih mudah dikendalikan jika pemerintah mendorong agar FDI tetap tertarik ke Indonesia serta meluncurkan berbagai kebijakan atau fasilitas supaya produk lokal dapat bersaing di pasar domestik atau internasional.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Tentu saja perlu komitmen yang kuat dari semua otoritas ekonomi khususnya pemerintah agar defisit ganda serta ancaman pelemahan ekonomi dapat dihindari. ● </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-19556199635700752652013-03-30T07:53:00.000-07:002013-03-30T07:58:36.633-07:00Pangan, Inflasi, dan Kemiskinan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Pangan, Inflasi, dan Kemiskinan<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Toto Subandriyo </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tegal<o:p></o:p></i></span></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">SUARA MERDEKA, 15 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
KEGADUHAN kasus hukum yang membelit sejumlah elite politik di Tanah Air menenggelamkan berbagai berita penting lain, termasuk tentang inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Januari lalu 1,03%, memecahkan rekor inflasi pada bulan yang sama dalam 4 tahun terakhir. Awal Maret lalu BPS kembali mengumumkan bahwa angka inflasi Februari 0,75% tercatat sebagai inflasi tertinggi pada bulan yang sama selama 10 tahun terakhir.<br /><br />Kenyataan itu selain mengejutkan kita, juga menjadi peringatan dini bagi pemerintah guna menyikapi kondisi lebih lanjut. Berdasarkan pengalaman, inflasi pada Februari kurang dari 0,5% dengan penjelasan bahwa permintaan masyarakat sudah mulai turun setelah melambung pada pengujung tahun sebelumnya dan awal tahun baru. Selama satu dekade terakhir, inflasi tertinggi pada Februari terjadi pada 2008, yang mencapai 0,65%.<br /><br />Secara umum inflasi Februari 2013 dipicu oleh kelompok volatile food, seperti bawang putih (0,12%), bawang merah (0,07%), cabai merah (0,04%), dan daging sapi (0,01%). Kondisi seperti ini dipicu oleh kemeroketan harga beberapa komoditas hortikultura beberapa bulan terakhir ini. Kenaikan harga bawang putih 31,38%, cabai merah 12,5%, dan bawang merah 11,3%.<br /><br />Kelompok volatile food sebagai penyumbang inflasi terbesar dibanding kelompok pengeluaran lain, mengindikasikan bahwa pangan masih merupakan pengeluaran terbesar sebagian besar rumah tangga di Indonesia. Henri Josserand dari Global Information and Early Warning System Badan Pangan dan Pertanian Dunia PBB menyatakan inflasi yang diakibatkan kemelambungan harga pangan merupakan pukulan paling berat bagi warga miskin. Hal ini mengingat pengeluaran untuk belanja pangan tidak kurang dari 60% dari total pengeluaran mereka.<br /><br />Pemerintah harus menyikapi kenyataan ini secara bijak, jangan reaktif dengan membuka seluas-luasnya keran impor. Banyak pihak menilai kondisi pasar seperti sekarang merujuk pada praktik kartel sebagai pukulan balik terhadap kebijakan pemerintah. Seperti diketahui, guna melindungi petani dan peternak domestik, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan regulasi impor komoditas hortikultura dan daging sapi.<br /><br /><b>Momentum Kebangkitan</b><br /><br />Selain mengurangi kuota impor daging sapi, mulai Januari 2013 pemerintah mengeluarkan larangan sementara impor 13 jenis komoditas hortikultura.<br />Kemelut harga daging sapi yang hingga kini terus berlangsung merupakan satu contoh ulah para kartelis. Menurut hitung-hitungan di atas kertas, ketersediaan daging sapi dari dalam negeri ditambah impor, sangat mencukupi kebutuhan masyarakat. Namun harga daging sapi tetap tak terkendali sampai hari ini.<br /><br />Kondisi seperti ini tak sepenuhnya disebabkan oleh buruknya manajemen stok daging sapi tetapi juga merujuk pada praktik kartel. Boleh jadi kondisi ini sengaja diciptakan para kartelis untuk memukul balik kebijakan Kementerian Pertanian mengurangi kuota impor daging sapi. Pengurangan kuota impor nyata-nyata memangkas pendapatan mereka. Para kartelis tak peduli jeritan rakyat, yang penting dapat mengeruk sebanyak-banyaknya keuntungan.<br /><br />Kondisi saat ini harus dijadikan momentum oleh semua pemangku kepentingan pembangunan pangan untuk memperbaiki struktur produksi dan struktur pasar dalam negeri. Secara umum kegencaran impor pangan dan praktik kartel pangan telah merusak sistem pertanian nasional dan menyengsarakan kehidupan petani.<br /><br />Kemerebakan impor dan penyelundupan bawang putih telah mengubur kisah sukses petani pada sentra produksi bawang putih, seperti Desa Tuwel Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, yang akhir Februari 2013 dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jangankan mencari ribuan hektare tanaman bawang putih seperti era 1980-an, sekarang ini mencari belasan hektare saja sangat sulit. Komunitas ’’arisan haji’’ yang dulu sangat dibanggakan sebagai simbol kemakmuran petani bawang putih Desa Tuwel, kini tinggal kenangan.<br /><br />Insentif harga yang cukup menarik saat ini diharapkan akan menjadi momentum kebangkitan bawang putih Desa Tuwel dan sentra-sentra produksi sayuran lainnya di Indonesia.<span class="apple-converted-space"> </span>Menurut ekonom Peter Timer, harga jual komoditas pertanian yang memadai akan menjadi insentif utama bagi petani untuk meningkatkan produksi. Bahkan, jika harga menjanjikan, petani sayuran tidak segan-segan untuk melakukan budi daya di luar musim kendati berisiko cukup besar.<br /><br />Semua upaya itu tidak cukup, pemerintah juga dituntut segera membenahi data pangan nasional. Selama ini akurasi data pangan secara umum menjadi titik lemah manajemen pangan nasional. Sebagai contoh, pemerintah harus segera membenahi akurasi data jumlah ternak sapi dan kerbau dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan elastisitas kebutuhan daging.<span class="apple-converted-space"> </span>Data populasi ternak dan data elastisitas kebutuhan daging yang tidak akurat diyakini menjadi pangkal gonjang-ganjing harga daging sapi yang berlangsung lebih dari setahun terakhir ini. ● </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-19898249039700678942013-03-30T07:51:00.002-07:002013-03-30T07:58:36.634-07:00Ketergantungan Impor dan Kedaulatan Pangan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Ketergantungan Impor dan Kedaulatan Pangan<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Teddy Lesmana </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)</span></i><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><o:p></o:p></span></i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">MEDIA INDONESIA, 21 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
<i>“Rakyat padang pasir bisa hidup, masak kita tidak bisa hidup! Rakyat Mongolia (padang pasir juga) bisa hidup, masak kita tidak bisa membangun satu masyarakat adil-makmur gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kertaraharja, di mana si Dullah cukup sandang, cukup pangan, si Sarinem cukup sandang, cukup pangan? Kalau kita tidak bisa menyelenggarakan sandang-pangan di tanah air kita yang kaya ini, maka sebenarnya kita Beograd yang tolol, kita Beograd yang maha tolol.“ </i><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 24px;">(Pidato Bung Karno pada Konferensi <i>Colombo Plan</i> di Yogyakarta 1953)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
UNGKAPAN Bung Karno 60 tahun yang lalu itu se akan masih sangat relevan dengan apa yang terjadi dalam konteks kekinian Indonesia menyangkut pemenuhan dan kemandirian pangan kita. Barubaru ini, persoalan impor sapi kembali menyeruak ke jagat publik di Indonesia seiring dengan adanya dugaan suap impor sapi yang menerpa sebuah partai politik. Terlepas dari soal indikasi adanya tindak pidana korupsi dalam kasus tersebut, sebenarnya ada persoalan yang sangat krusial terkait dengan persoalan pemenuhan kebutuhan protein hewani yang dalam hal ini daging sapi. Sejatinya, importasi tidak hanya terjadi di sektor peternakan, tetapi bisa dikatakan pada hampir semua komoditas pangan strategis yang dikonsumsi orang banyak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk mencapai swasembada pangan termasuk daging sapi, pemerintah sejatinya telah melakukan berbagai upaya meski memang tidak mudah di era perdagangan bebas. Upaya tersebut juga tak jarang menghadapi tekanan dari negara lain. Pemerintah dan DPR sebenarnya telah merevisi UU No 7/1996 tentang Pangan. UU Pangan yang baru disahkan pada Oktober 2012 itu, di antaranya, menegaskan Indonesia tidak boleh dikendalikan pihak mana pun dalam hal kebijakan pangan dan impor yang merupakan pilihan terakhir dalam memenuhi kecukupan akan pangan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebelum direvisi, UU tersebut hanya mensyaratkan soal ketahanan pangan dengan ketersediaan stok pangan tanpa memandang dari mana sumbernya termasuk importasi. Oleh karena itu, ketahanan pangan dalam roh UU Pangan yang baru itu harus diperjuangkan dengan lebih membuka kesempatan bagi para petani dan peternak di Indonesia untuk berpartisipasi aktif dan menjadi bagian integral dari upaya mencapai kedaulatan pangan tersebut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Terkait dengan importasi daging sapi di Indonesia, bagaimanakah seharusnya kita menyikapi ketergantungan akan impor? Adakah kemungkinan Indonesia bisa membangun kedaulatan pangan sendiri khususnya dalam hal pemenuhan daging sapi?<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk melihat seberapa jauh kekuatan Indonesia dalam memenuhi ketersediaan daging dari para peternak lokal dalam kerangka kerja Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014, Kementerian Pertanian telah meminta Badan Pusat Statistik (BPS) menyensus sapi atau yang dikenal dengan Pendataan Sapi Potong Perah dan Kerbau (SPPK) 2011.</div>
<div class="MsoNormal">
Pendataan tersebut juga memiliki urgensi yang sangat mendesak untuk mengetahui sejauh mana Indonesia dapat mewujudkan swasembada daging sapi pada 2014 mendatang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Berdasarkan hasil sensus tersebut, yang dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada Juni 2011, Indonesia diketahui memiliki populasi sapi potong mencapai 14,8 juta ekor, sapi perah 597,1 ribu ekor, dan kerbau 1,3 juta ekor. Jika dirinci menurut daerah, provinsi yang memiliki populasi sapi potong lebih dari 0,5 juta ekor berturutturut ialah Jawa Timur 4,7 juta ekor, Jawa Tengah 1,9 juta, Sulawesi Selatan 984 ribu ekor, NTT 778,2 ribu ekor, Lampung 742,8 ribu ekor, NTB 685,8 ribu ekor, Bali 637,5 ribu ekor, dan Sumatra Utara 541,7 ribu ekor.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sementara itu, untuk sapi perah, populasi terbanyak di Jawa Timur 296,3 ribu ekor, sedangkan kerbau di NTT sebanyak 150 ribu ekor. Dari sensus tersebut juga diketahui, rumah tangga peternak sapi selama ini umumnya hanya memiliki ternak sebanyak 3-4 ekor.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Di lain pihak, kebutuhan daging sapi di Indonesia tumbuh secara positif seiring dengan semakin meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Misalnya, pada 2011 kebutuhan per kapita 1,9 kg/tahun, pada 2012 mencapai 2,2 kg/ tahun. Bukan tidak mungkin kebutuhan da ging sapi di Indonesia akan naik hingga 7 kg/tahun seperti Malaysia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Meskipun konsumsi per kapita Indonesia relatif masih rendah ika dibandingkan dengan negaranegara tetangga di Asia Tenggara, Indonesia masih membutuhkan suplai daging sapi paling tidak 448 ribu ton per tahun.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dari jumlah tersebut, baru sekitar 85% yang dapat dipenuhi produksi daging sapi lokal. Konsekuensi nya, Indonesia masih harus mengimpor dari negara lain seperti dari Australia dan Amerika Serikat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<b><br /></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b>Integrasi Tanaman Ternak<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Meski peternakan sapi di Indone sia telah berkembang cukup lama, umumnya upaya pemeliharaan sapi di Indonesia masih dijalankan secara konvensional. Usaha peternakan itu dijalankan sebagai usaha sambilan dan belum dikelola dengan pendekatan manajemen usaha ternak yang modern.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Upaya memenuhi ketersediaan daging sapi domestik sebenarnya bisa disandingkan dengan usaha pertanian dan perkebunan seperti padi, tebu, dan kelapa sawit, kemudian residu usaha tani dan kebun tersebut bisa menjadi tambahan pakan ternak.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kementerian Pertanian sebetulnya sudah mengimplementasikan program sistem integrasi tanaman ternak (SITT) yang juga dijabarkan dalam subsektor perkebunan dengan sistem integrasi sapi kelapa sawit (Siska) sejak 2007 lalu. Siska kemudian digalakkan di perkebunan swadaya masyarakat, perusahaan besar swasta, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebagai langkah awal dari program tersebut, pemerintah memberikan bantuan sapi kepada para petani dengan cara bantuan bergulir. Juga, memberikan bantuan kandang dan penyuluhan mengenai masalah pemeliharaan dan pola pakan ternak. Ketika diintegrasikan dengan usaha tani dan perkebunan, sapi yang tadinya dengan pakan utama berupa rumput dicoba dikomplementerkan dalam bentuk menu tambahan pakan ternak yang berasal dari residu usaha perkebunan dan pertanian. Misalnya pakan dari pelepah daun sawit yang dicacah dengan mesin.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selain itu, limbah kotoran dan urine sapi dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kebun. Dengan integrasi tersebut, kendala permasalahan lahan dan pakan ternak bisa diatasi secara simultan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Selain itu, limbah ternak tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi untuk penggerak tenaga listrik dan kompor gas untuk memasak. Implementasi konsep itu telah menunjukkan kesuksesan di Provinsi Bengkulu, Riau, dan Kalimantan Tengah. Upaya tersebut bisa mengatasi persoalan keterbatasan lahan yang dapat disandingkan dengan upaya pemaksimalan usaha tani dan perkebunan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selain pelaksanaan konsep integrasi tanaman ternak tadi, diperlukan pula dukungan berupa edukasi kepada para petani dan peternak serta penumbuhan kesamaan pijakan (<i>common ground</i>) mulai perbankan, swasta, hingga pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan daging sapi di Indonesia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jika saja konsistensi upaya pemenuhan kebutuhan akan daging sapi dari suplai domestik itu bisa terus dijaga, dan juga dilakukan usaha untuk mempersempit kemungkinan terjadinya perburuan rente dari importasi daging sapi, Indonesia seharusnya sudah mampu berdaulat atas kebutuhan pangan sendiri sehingga apa yang pernah diungkapkan Bung Karno tadi tidak harus selalu terulang kembali. ● </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-74003394782351969682013-03-30T07:50:00.002-07:002013-03-30T07:50:12.899-07:00Are exports good and imports bad for the economy?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Are exports good and imports bad for the economy?<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Harry Aginta </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <em>A Researcher at Bank Indonesia</em><i><o:p></o:p></i></span></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">JAKARTA POST, 15 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
The current deteriorating trade balance in developing countries raises a critical question: are exports still reliable for growth? It is a fact that many developing countries overstate the importance of exports; they put the cart before the horse. The correct view on exports, however, is to see that they are just the means, not the goal.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Indeed, it would be naïve to ignore the experiences over the last two decades, during which only a few countries’ economies have grown quickly without experiencing an increase in the share of domestic output that is exported. China is a good example. Between 1991 and 2011, its per capita gross domestic product (GDP) grew by 9.53 percent. At the same time, its export to GDP ratio (export/GDP) jumped from 16.1 percent in 1991 to 31.4 percent in 2011.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />From this kind of evidence we are tempted to conclude that exports generally lead to or stimulate growth. Yet, this would be erroneous logic. The other side of the coin reveals a mirror image. During the same period, only a few countries that experienced a large rise in export/GDP achieved higher than 2 percent per capita GDP growth — taking 2 percent as the benchmark of modest success.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Brazil’s export/GDP jumped 45 percent over the past two decades, while its per capita GDP grew slowly at 1.75 percent. Some even suffered negative growth, like Gabon where a 40.2 percent increment in export/GDP was canceled out by -0.15 percent per capita growth. Here we have provided justification to support the premise: Although countries that grow fast tend to experience rising export/GDP, the reverse is not generally true.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Another misconception about exports may be due to the so-called Bretton Woods’ institutional reports. It has become commonplace in recent economic reports to claim that exports are a source of learning and positive technological externality for the home country that allow domestic producers to learn from the more advanced global markets.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />But, what does the evidence show? Many studies find that exporting firms are indeed technologically more dynamic, tend to have larger production capacities that better utilize economy of scale, employ a mix of better-skilled workers, and generally outperform non-exporting firms. In most cases, export firms have a comparative advantage (greater efficiency) in their production processes and they believe that this advantage enables them to profit in offshore markets. This suggests that firms carry out self-selections into exporting activities, i.e. efficient producers are more likely to enter export markets.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />A study by Aw, Chang and Roberts (1998) in Taiwan and South Korea found little evidence that learning from exports had occurred in either country. Specifically, there was no evidence that firms with continuous export experience recorded greater productivity than those firms that never exported. Thus, in general, causality goes from productivity to exports, not the other way around.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />What really needs to be emphasized is importation. Don’t get me wrong; I’m not saying exportation is meaningless. However, imports benefit growth in at least two ways: importing ideas and importing investment and intermediate goods.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />The new growth theory stresses the importance of human capital in the growth process. In another expression, human capital is often considered as the soul of growth, an idea. From a supply point of view, ideas on organizing the process of production, manufacturing new products, and identifying a latent demand for a commodity are central to economic growth. And this is the beauty of imports; that a home country can “borrow” ideas from others. The wheel does not have to be reinvented in every country. South Korea and Taiwan have been very successful at importing ideas despite wide-ranging trade restrictions throughout the 1960s and 1970s.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />The second powerful element of imports is importing investment, goods and intermediate goods. For most successful developing countries, raising the long-term growth rate requires an increase in the investment rate.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />However, these countries lack a comparative advantage in producing capital goods. This is also true for intermediate goods, even though the relationship with growth is less direct.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />In any modern economy, production of manufactured goods relies on a wide range of specialized inputs, many of which exhibit increasing returns to scale. Again, developing countries most likely cannot rely on a domestic supply of specialized intermediate inputs. Hence, for both investment and intermediate goods, imports are the second-best way to do so, not to mention with minimal import restrictions.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />But, this is important. Successful countries like South Korea and Taiwan benefited from imports in quite a short time frame and transformed what they had gained into larger capacity in domestic industries.<span class="apple-converted-space"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
An interesting question then arises: Has Indonesian industries benefited from imports in the same way?<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />Since the first quarter in 2012, Indonesia’s current account has been in deficit. Besides an annoying loss from oil imports, the shrinking global economy seems to have been made the scapegoat.<span class="apple-converted-space"> </span><br /><br />If the two elements of imports mentioned above had sufficiently strengthened our domestic industries, we could still expect stable growth with a sustainable current account surplus, despite the worldwide slowdown, and solid domestic demand as we now have. That’s the only way for imports to be good. ● </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-10348797578864174242013-03-30T07:49:00.002-07:002013-03-30T07:58:36.630-07:00Upaya Pemanfaatan Brain Drain Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Upaya Pemanfaatan Brain Drain Indonesia<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Taruna Ikrar </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Staf Akademik University of California, Amerika Serikat;<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Wakil Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional<o:p></o:p></span></i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">KORAN TEMPO, 15 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Brain drain dalam istilah umum berarti arus tujuan para ilmuwan dan orang-orang pintar di dunia. Brain drain merupakan arus modal sumber daya manusia (SDM) yang andal. Dalam pemahaman imigrasi, brain drain menunjukkan adanya kelompok besar individu yang memiliki keterampilan teknis atau pengetahuan, yang berpindah dari suatu negara ke negara lain. Perpindahan tersebut biasanya dengan berbagai alasan, yang meliputi dua aspek yang masing-masing berasal dari negara ataupun dari individu yang bersangkutan. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Brain drain Indonesia memiliki potensi orang-orang cerdas dan pintar di bidangnya. Sebagai contoh, menurut data Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, sekitar 7.000 PhD, master, bahkan profesor, tersebar di seluruh dunia, dalam berdiaspora dan berkarier di luar tanah air Indonesia. Orang-orang potensial dan pintar ini bertahan di berbagai belahan dunia, dan tidak kembali ke Indonesia, dengan berbagai alasan. Namun, apa pun alasannya, orang-orang pintar ini merupakan potensi Indonesia yang tak ternilai harganya. Bangsa Indonesia selayaknya memanfaatkan keberadaan mereka di berbagai negara maju dewasa ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Untuk memanfaatkan brain drain Indonesia, mungkin kita bisa belajar dari Amerika Serikat dalam memanfaatkan brain drain. Semboyan Amerika adalah destinasi bagi orang-orang pintar, yang disemboyankan sebagai "Dream of America". Tentunya, semua bangsa di dunia mempunyai cita-cita yang tinggi dan mulia, demikian pula Amerika Serikat, memproklamasikan diri dengan jargonnya, "American Dream". <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
"American Dream" adalah etos nasional Amerika Serikat, dalam upaya mengimplementasikan cita-cita nasionalnya, demi kebebasan seluruh tumpah darah dan masyarakat Amerika Serikat. Kebebasan tersebut meliputi kebebasan untuk mendapatkan kesempatan demi kemakmuran dan kesuksesan yang dicapai melalui kerja keras. Dalam istilah yang lebih nyata, "hidup harus lebih baik, lebih sukses, dan lebih paripurna untuk semua orang, dengan tidak membeda-bedakan kelas sosial atau asal-usul". Ide dari "American Dream" berakar dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa "semua manusia diciptakan sama" dan bahwa mereka "diberkati oleh Pencipta mereka dengan hak mutlak tertentu" termasuk hak "hidup, kebebasan, dan kebahagiaan".<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Dalam perkembangannya, "American Dream" menyiratkan kesempatan bagi seluruh masyarakat Amerika untuk mencapai kemakmuran, termasuk kesempatan bagi anak-anak untuk tumbuh dan menerima pendidikan yang baik dan karier tanpa hambatan. Amerika Serikat merupakan negara para imigran. Mayoritas penduduknya adalah pendatang, sehingga sangat terasa di negeri, suasana tanpa membeda-bedakan berdasarkan kelas, kasta, agama, ras, atau etnis, termasuk para imigran. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Aspirasi "American Dream" dalam arti luas menunjukkan mobilitas yang sistematis dan diarahkan ke seluruh penjuru dunia, dalam semua bidang. Misalnya: bisnis, agama, filantropi, Hollywood, serikat buruh, dan lembaga kepresidenan Washington, dalam menjangkau dunia dengan cara yang demokratis. Dengan strategi yang luar biasa canggihnya: dalam untaian kalimat "visi kemajuan sosial global, visi demokratis dunia, dan keberdayaan dunia", yang dibungkus oleh komponen utama: (1) keyakinan bahwa negara-negara lain bisa dan mampu mereplikasi pengalaman kemajuan Amerika, (2) kemajuan berwirausaha, (3) dukungan untuk akses bagi keterbukaan perdagangan dan investasi, (4) promosi aliran bebas informasi dan budaya, serta (5) pemerintah akan melindungi perusahaan swasta dan merangsang serta mengatur partisipasi Amerika dalam pertukaran ekonomi dan budaya internasional.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Dengan konsep di atas, berbondong-bondonglah seluruh ahli, ilmuwan, pakar, dan orang-orang potensial memasuki Amerika. Dan keberadaan orang-orang hebat tersebut dipermudah untuk memiliki izin tinggal, permanent resident (Green Card),bahkan kemudahan untuk berpindah kewarganegaraan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Kondisi seperti di atas akan secara spontan menjadi magnet atau daya tarik yang luar biasa bagi orang-orang pintar di dunia, untuk memasuki Amerika Serikat. Dengan demikian, ratusan ribu hingga jutaan doktor atau PhD bermimpi untuk melanjutkan pendidikan, berkarier, bahkan menetap dan menjadi warga negara Amerika. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 13.5pt;">
Dampak dari kondisi tersebut, tak diragukan lagi, lebih dari 50 persen (338 orang) penerima Hadiah Nobel menetap di AS. Demikian pula mayoritas universitas-universitas terbaik di dunia berada di Amerika Serikat (70 dari 100 universitas terbaik di dunia berada di Amerika Serikat). Demikian pula, terjadi ledakan teknologi informasi, digital, komputer, dan pelayanan kesehatan di Amerika Serikat. Ini semua tak terlepas dari dan merupakan dampak positif brain drain tersebut di atas. Amerika Serikat menjadi seperti surganya orang-orang pintar di dunia.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Apa yang bisa kita petik dari brain drain tersebut, untuk menjadi motivasi dan membangun suatu strategi bagi kemajuan Indonesia? Sebetulnya, Indonesia dapat memetik manfaat juga, dari para pakar, atau ilmuwan, profesor, atau orang-orang Indonesia yang telah menetap, bahkan telah menjadi warga negara, di AS. Yaitu menjadikan mereka sebagai duta, untuk melakukan transfer teknologi, transfer pengetahuan, transfer budaya, hingga transfer dolar sebagai devisa negara. Demikian pula, menjadikan mereka sebagai agen Indonesia yang tersebar di negara-negara maju, untuk melanjutkan transformasi, demi kemajuan Indonesia tercinta. Sebab, tidak bisa dimungkiri, di dalam batin dan sanubari mereka, terpatri rasa cinta yang mendalam, rasa rindu yang luar biasa, bahkan suatu keyakinan dan kemauan keras untuk berbuat demi kemajuan di tanah air tercinta. ● </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-31614719436943658572013-03-30T07:48:00.001-07:002013-03-30T07:58:36.640-07:00Brain Drain Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Brain Drain Indonesia</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Taruna Ikrar </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Staf Akademis Universitas Kalifornia, AS;</i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Wakil Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional</span></i><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"></span></i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">REPUBLIKA, 18 Maret 2013</span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; color: black; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
Brain drain atau dalam istilah umum berarti arus tujuan para ilmuwan dan orang-orang pintar di dunia. Sehingga brain drain merupakan arus modal sumber daya manusia (SDM) yang andal. Dalam pemahaman imigrasi menunjukkan adanya kelompok besar individu yang memiliki keterampilan teknis atau pengetahuan yang berpindah dari suatu negara ke negara lainnya. Perpindahan tersebut biasanya dengan berbagai alasan, yang meliputi dua aspek yang masing-masing berasal dari negara ataupun dari individu yang bersangkutan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Berbicara tentang brain drain, Indonesia memiliki potensi orang-orang cerdas dan pintar di bidangnya. Sebagai contoh, menurut data Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional, sekitar 7.000 PhD, master, bahkan profesor asal Indonesia yang tersebar di seluruh dunia, dalam berdiaspora dan berkarier di luar Tanah Air. Orang-orang potensial dan pintar ini bertahan di berbagai belahan dunia, dan tidak kembali ke Indonesia, dengan berbagai alasan. Namun, apa pun alasannya, orang-orang pintar ini merupakan potensi Indonesia yang tak ternilai harganya. Olehnya bangsa Indonesia selayaknya memanfaatkan keberadaan mereka di berbagai negara maju dewasa ini. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Untuk memanfaatkan brain drain Indonesia, mungkin kita bisa belajar dari Amerika Serikat (AS) dalam memanfaatkan brain drain, atau orang-orang pintar dari berbagai belahan dunia, dengan tujuan menjadikan AS sebagai destinasi bagi orang orang pintar, yang disemboyankan <i>Dream of America</i>. Tentunya, semua bangsa di dunia mempunyai cita-cita yang tinggi dan mulia, demikian pula Amerika Serikat, memproklamasikan diri dengan jargonnya, <i>American Dream</i>.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
American Dream ini adalah etos nasional Amerika Serikat, dalam upaya mengimplementasikan cita-cita nasionalnya demi kebebasan seluruh tumpah darah dan masyarakat Amerika Serikat. Kebebasan tersebut meliputi kebebasan untuk mendapatkan kesempatan demi kemakmuran dan kesuksesan yang dicapai melalui kerja keras.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam istilah yang lebih nyata, hidup harus lebih baik, lebih sukses, dan lebih paripurna untuk semua orang, dengan tidak membeda-bedakan kelas sosial atau asal usul. Ide dari <i>American Dream</i> berakar dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa semua manusia diciptakan sama dan bahwa mereka diberkati oleh Pencipta mereka dengan hak mutlak tertentu, termasuk hak hidup, kebebasan, dan kebahagiaan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam perkembangannya <i>American Dream</i> menyiratkan kesempatan bagi seluruh masyarakat Amerika untuk mencapai kemakmuran, termasuk kesempatan untuk anak-anak tumbuh dan menerima pendidikan yang baik serta berkarier tanpa hambatan. Amerika Serikat merupakan negara para imigran. Mayoritas penduduknya adalah pendatang, sehingga sangat terasa suasana di dalam negeri yang tidak membeda-bedakan berdasarkan kelas, kasta, agama, ras, atau etnis, termasuk para imigran. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aspirasi <i>American Dream </i>dalam arti luas menunjukkan mobilitas yang sistematis dan diarahkan ke seluruh penjuru dunia dalam semua bidang, misalnya, bisnis, agama, filantropi, perfilman, serikat buruh, dan lembaga kepresidenan dalam menjangkau dunia dengan cara yang demokratis. Strategi nya juga luar biasa canggih.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Strategi itu tecermin dalam untaian kalimat visi kemajuan sosial global, visi demokratis dunia, dan keberdayaan dunia yang dibungkus oleh komponen utama: (1) keyakinan bahwa negara- negara lain bisa dan mampu mereplikasi pengalaman kemajuan Amerika, (2) kemajuan berwirausaha, (3) dukungan untuk akses bagi keterbukaan perdagangan dan investasi, (4) promosi aliran bebas informasi dan budaya, dan (5) pemerintah akan melindungi perusahaan swasta dan merangsang juga mengatur partisipasi Amerika dalam pertukaran ekonomi dan budaya internasional. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan konsep di atas, maka berbondong-bondonglah seluruh ahli, ilmuwan, pakar, dan orang-orang potensial memasuki Amerika, dan keberadaan orang-orang hebat tersebut dipermudah untuk memiliki izin tinggal (<i>permanent resident/Green Card</i>), bahkan kemudahan untuk berpindah warga negara. Kondisi yang seperti di atas, akan secara spontan menjadi magnet atau daya tarik yang luar biasa bagi orang-orang pintar di dunia, untuk memasuki Amerika Serikat. Ratusan ribu hingga jutaan doktor atau PhD bermimpi untuk melanjutkan pendidikan, berkarier, bahkan menetap dan menjadi warga negara Amerika.</div>
<div class="MsoNormal">
Kondisi ini, dalam istilah umum, disebut <i>brain drain</i>, aliran orang-orang pintar datang ke Amerika Serikat. Dampak dari kondisi tersebut, maka tak diragukan lagi, lebih 50 persen (338 penerima Nobel Prize menetap di AS), demikian pula berdampak dengan mayoritas universitas-universitas terbaik di dunia berada di Amerika Serikat (70 dari 100 universitas terbaik di dunia berada di AS). Demikian pula, terjadi ledakan teknologi informasi, digital, komputer, dan pelayanan kesehatan di Amerika Serikat. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ini semua tak terlepas dan merupakan dampak positif <i>brain drain</i> tersebut di atas. Amerika Serikat menjadi seperti surganya orang-orang pintar di dunia.</div>
<div class="MsoNormal">
Selanjutnya, dengan kondisi tersebut, kita bisa punya perspektif lain dalam melihat kemajuan di Tanah Air Indonesia tercinta. Apa yang bisa kita petik dengan kemajuan tersebut untuk selanjutnya menjadi motivasi dan membangun suatu strategi demi kemajuan Indonesia yang dipetik dari brain drain ini. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sebetulnya, Indonesia dapat memetik manfaat juga dari para pakar atau ilmuwan, profesor, atau orang-orang Indonesia yang telah menetap, bahkan telah menjadi warga negara di AS. Yaitu, menjadikan mereka sebagai duta untuk melakukan transfer teknologi, transfer pengetahuan, transfer budaya, hingga transfer dolar sebagai devisa negara. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Demikian pula, menjadikan mereka sebagai agen Indonesia yang tersebar di negara-negara maju untuk melanjutkan transformasi demi kemajuan Indonesia tercinta. Karena, tidak bisa dimungkiri, di dalam batin dan sanubari mereka, terpatri rasa cinta yang mendalam, rasa rindu yang luar biasa, bahkan suatu keyakinan dan kemauan keras untuk berbuat demi kemajuan di Tanah Air tercinta. ● </div>
<div>
<br /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-5733226871650727012013-03-30T07:42:00.002-07:002013-03-30T07:58:36.647-07:00Nasionalisme Bawang<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px;">
<table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 40.3pt;"><td style="height: 40.3pt; padding: 0.75pt; width: 469.5pt;" valign="top" width="626"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 38.2pt;"><td style="height: 38.2pt; padding: 0.75pt; width: 464.8pt;" width="620"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 20pt;">Nasionalisme Bawang<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Nur Mahmudi Isma’il </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">; <i>Wali Kota Depok,<o:p></o:p></i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-top: 0cm; text-align: center;">
<i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;">Mantan Menteri Kehutanan RI Era Presiden Gus Dur</span></i><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><o:p></o:p></span></i></div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">REPUBLIKA, 22 Maret 2013<o:p></o:p></span></i></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-top: 0cm; text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"> </span></i></b></div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="background-color: white; border-collapse: collapse; color: black; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin-left: 2.8pt;"><tbody>
<tr><td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468pt;" valign="top" width="624"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr style="height: 118.25pt;"><td style="height: 118.25pt; padding: 0.75pt;"><table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable"><tbody>
<tr><td style="padding: 0.75pt;"><div class="MsoNormal">
Diakui atau tidak, antusiasme rakyat Indonesia dalam mengikuti perkembangan naiknya harga bawang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kalau rakyat Indonesia saat ini tergelitik rasa nasionalismenya.</div>
<div class="MsoNormal">
Betapa tidak, ketika semua media di negeri ini disibukkan dengan berita hiruk- pikuk politik dan korupsi, seketika itu pula berita tentang bawang menyeruduk dan membetot perhatian publik. Ada apa sesungguhnya dengan fenomena bawang hingga menyentuh na sionalisme kita? Bangsa ini disebut bangsa agraris, tetapi rakyat termiskin adalah petani. Negara ini disebut negara maritim, tetapi rakyat tertinggal adalah para nelayan. Apa yang perlu diperbaiki? <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Semoga saja kita tidak buru-buru mengambil kesimpulan yang salah. Bung Karno pernah bilang, <i>"Pangan adalah urusan hidup-mati bangsa.</i>" Jika pangan dikuasai negara lain, sama saja menggadaikan nasib bangsa. Sebagai basis kehidupan dan ketahanan bangsa, kedaulatan pangan menjadi harga mati. Oleh karena itu, liberalisasi sektor pertanian harus dikontrol.</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dalam kasus bawang, sampai dengan saat ini rakyat belum mengetahui secara pasti tentang bagaimana sesungguhnya pemetaan antara suplai dan permintaan bawang di negeri ini. Yang dirasakan oleh rakyat hanya adanya fenomena harga naik, sehingga berpengaruh terhadap perilaku kehidupan bangsa ini. Yang terbaca di media, rasanya tidak ada isu kelangkaan pasokan impor. Yang ada, harga bawang di dalam negeri naik di pasar manapun. Ini berarti, pemerintah harus jujur menyampaikan peta suplai dan permintaan yang sesungguhnya terhadap bawang serta segera membuat kebijakan yang lebih jujur dan transparan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Harapannya, sinyalemen bahwa harga bawang naik karena tata niaga di dalam negeri yang kurang transparan dapat diminimalisasi. Para pedagang besar dan tengkulak tidak boleh lagi `bermain' melakukan aksi ambil untung. Jangan sampai, pasar bawang di dalam negeri bersifat oligopoli dan cenderung dikuasai kartel. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dugaan bahwa banyak pihak yang ingin memancing di air keruh dan melakukan aksi ambil untung di atas penderitaan rakyat harus secara tegas hilang dari negeri ini. Harus diluruskan pula bahwa bukan masalah tata niaga impornya yang salah, akan tetapi yang salah dan bermasalah justru pengendalian setelah bawang impor masuk ke gudang- gudang penimbunan di dalam negeri. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Adanya sinyalemen terpuruknya sektor pertanian kita tak lepas dari absennya regulasi dan kebijakan yang memihak petani, tetapi justru menguntungkan investor kakap, harus segera dijawab oleh pemerintah. Pemerintah harus menyiapkan kebijakan pro rakyat yang dapat memproteksi dan meningkatkan kesejahteraan petani. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Daya saing sektor pertanian harus digenjot agar tak tergilas dari kompetisi global. Tanpa kemandirian dan kedaulatan pangan, masa depan bangsa sangatlah riskan. Kalau negeri ini masih harus tetap mengimpor bawang, semestinya tata cara pengimporan wajib dikendalikan dengan cara melakukan seleksi ketat terhadap importir dan produk bawang impor yang akan masuk ke negeri ini. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kebijakan impor bawang juga harus diikuti dengan langkah kebijakan yang dapat memotivasi spirit petani negeri ini untuk berbudi daya, bukan sebaliknya. Pemerintah wajib mengatur agar produk hortikultura yang masuk tidak memukul produk pangan dalam negeri yang memberikan imbas pada kerugian petani. Ke depan, pemerintah fokus saja menekuni tugas pokok utamanya, yaitu mengurusi progam peningkatan produksi dan produktivitas pertanian. Kalau keasyikan mengurus impor, akibatnya lupa mengurus produksi.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekalipun sekarang negeri ini masih mengimpor bawang, tapi bukan berarti mematikan kreativitas rakyat dan pemerintahnya untuk dapat melahirkan produksi rempah alternatif selain bawang. Sudah saatnya untuk mengurangi total permintaan bawang dengan mengusahakan penyedian rempah alternatif selain bawang dalam aneka macam hidangan dan makanan kita. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Program mengajak masyarakat untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan, seperti Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan (GPOP) dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dapat memotivasi masyarakat untuk menanam bawang merah dan bawang putih ataupun rempah alternatif lainnya di pekarangannya. Hal ini dapat menjadi solusi dalam menghadapi harga bawang yang melambung tinggi. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jika sudah menanam di pekarangan sendiri, ibu-ibu rumah tangga dapat menggunakannya untuk memasak, bahkan dapat dijual jika jumlahnya berlebih, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. Pemerintah harus dapat mendorong rakyat agar mulai saat ini tidak lagi bergantung pada bawang. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Para petani negeri ini pun harus dimotivasi agar dapat menanam pangan rempah alternatif, sehingga kita dengan bangga dapat berkata, <i>"Masakan dan makanan tanpa bawang pun akan tetap sedap dan nikmat di lidah."</i> Jika perlu, dirancang sebuah gerakan moral secara nasional untuk memasak makanan khas Indonesia tanpa bawang. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Gerakan kemandirian ekonomi yang sejati adalah nasionalisme pemerintah dan rakyatnya. Ini adalah bentuk kecintaan kepada negeri ini. Ini adalah bentuk penghargaan kepada potensi-potensi luar biasa negeri ini. Ini juga merupakan bentuk kepeduliaan pada masa depan negeri ini. Selemah-lemahnya nasionalisme adalah gerakan kemandirian yang dimulai dari meja makan.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mengonsumsi produk pangan dalam negeri berarti melepas ketergantungan impor. Langkah ini sekaligus memperkuat ekonomi domestik, memberdayakan komunitas lokal, menciptakan lapangan pekerjaan, melindungi produsen dari serbuan asing, sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
Pada kesempatan ini juga, saya mengajak kepada pers/media sebagai salah satu pilar bangsa agar turut bertanggung jawab memotivasi pemerintah dan mengedukasi rakyat agar dapat memperkuat ketahanan pangan negeri ini dengan mengungkap kisah-kisah inspiratif para petani yang secara gigih memperjuangkan nasionalismenya melalui komoditias yang ditanamnya. Nasionalisme bawang dari meja makan bisa kita mulai dari sekarang. ●</div>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-68574438990952273232013-03-30T07:38:00.006-07:002013-03-30T07:58:36.650-07:00Pekerjaan Rumah OJK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Pekerjaan Rumah OJK</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Didik J. Rachbini, </span><b>GURU BESAR DAN EKONOM SENIOR INDEF</b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> REPUBLIKA, 24 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sektor keuangan Indonesia telah memasuki babak baru setelah disahkan Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (UU-OJK). Tujuan OJK didirikan adalah untuk mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil. Wewenangnya luas, antara lain, pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan penca dangan bank. Dengan sistem yang baru, diharapkan perbankan lebih efisien, biaya modal dan suku bunga rendah, serta perbankan bebas kartel.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Ekonomi Indonesia tumbuh cukup memadai sekitar 6,5 persen, tetapi masih banyak penyakit ekonomi yang menjangkiti ekonomi nasional. Ekonomi Indonesia berkembang karena momentum dan faktor eksternal yang mendukung nya. Tetapi, ada banyak masalah yang menghambat, antara lain, sektor keuang an yang masih kalah efisien dibanding kan dengan efisiensi perbankan di negara-negara sekitarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Banyak kritik bahwa perbankan Indonesia tidak efisien. Kadin juga menggugat dunia perbankan untuk menurun kan tingkat suku bunganya agar lebih mendorong dunia usaha. Tingkat suku bunga yang tinggi pada saat ini sudah dianggap membebani dunia usaha dan menggerus daya saing dunia usaha Indonesia. Perbankan nasional dianggap tidak efisien karena daya saing Indonesia tidak setara dengan perbankan di negara-negara ASEAN lainnya yang sudah menurunkan suku bunganya, baik suku bunga deposito maupun kredit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Tidak hanya ketua umum Kadin, tetapi Gubernur Bank Indonesia (BI), juga mengeluhkan perbankan nasional, yang tidak serta-merta menurunkan suku bunga kredit ketika BI secara bertahap menurunkan BI ratenya. Level BI Rate beberapa bulan terakhir ini berada pada kisaran enam-tujuh persen, tetapi tingkat suku bunga kredit di pasar mencapai 14-15 persen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Bahkan, usaha menengah masih membayar dengan suku bunga lama hampir 20 persen. Untuk keperluan mo dal dalam usaha konsultansi ekonomi, kredit yang harus dibayar mencapai dua kali lipat dari pinjamannya hanya dalam empat-lima tahun. Perbankan sekarang sangat menikmati suku bunga tinggi dari kegiatan perkreditannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dari perbedaan dengan BI rate mau pun suku bunga deposito, suku bunga kredit yang terbentuk sangat tinggi dan membebani dunia usaha. Karena itu, tidak aneh jika ketua umum Kadin menggugat dunia perbankan, yang memainkan dan mempertaruhkan nasib dunia usaha dengan suku bunga yang tinggi. Walau dana masuk melimpah, tingkat suku bunga di Indonesia tetap tinggi. Dalam hukum ekonomi yang sederhana, ketika pasokan melimpah maka harga cenderung turun.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Lalu, apa penyebab tingginya tingkat suku bunga di Indonesiai? Mengapa suku bunga kredit tidak pernah turun secara proporsional? Bagaimana perilaku pasar keuangan di subsektor perbankan?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sudah jamak kalau Kadin mengkritik bahwa tingkat suku bunga kita tergolong yang paling tinggi di dunia. Rata-rata suku bunga dasar kredit (nominal) mencapai 11,9 persen. Di pasar kre dit tingkat suku bunga yang terbentuk lebih tinggi lagi, yakni sekitar 1415 persen. Ini setara dengan negara terbelakang, seperti Laos dengan tingkat suku bunga sekitar 12-13 persen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kadin menilai, keadaan ini tidak kon dusif bagi dunia usaha dan meminta dunia perbankan agar tingkat suku bunga turun setara dengan negara-negara sekitarnya. Intinya, dengan dana yang melimpah se mestinya tingkat suku bunga di pasar kredit turun sehingga BI harus lebih agresif lagi merancang kebijakan yang memungkinkan harga modal usaha menjadi lebih layak. Tidak seperti sekarang, dunia usaha menanggung beban bunga yang tinggi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Negara-negara tetangga sudah ber hasil mengefisienkan tingkat suku bu nga nya jauh di bawah Indonesia. Tingkat suku bunga dasar kredit di Malaysia hanya 6,6 persen, Singapura sekitar 4,3 persen, dan Thailand 3,3 persen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Ketika pasokan dana besar, suku bu nga tidak turun secara signifikan. Dibandingkan dengan suku bunga di ne gara sekitarnya, tingkat suku bunga di Indonesia masih sangat tinggi. Ber dasarkan gejala-gejala ini maka dipas tikan ada akar masalah yang menyebabkan suku bunga tetap tinggi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Tampaknya struktur pasar keuangan di Indonesia bersifat oligopolistis. Pada pasar keuangan khusus deposito, pemilik dana besar yang bisa memengaruhi suku bunga hanya di tangan segelintir pelaku, yakni BUMN besar, pemerintah terutama Kementrian Keuangan, dan orang kaya di Indonesia. Dengan struktur oligopili ini ada juga indikasi perilaku monopolistis di mana pemilik dana tersebut meminta tingkat suku bunga khusus atau “special rate” sehingga mendong krat tingkat suku bunga deposito.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pasar yang oligopolistis ini bersaing tentunya dengan SBI atau BI Rate, yang ju ga terdongkrak lebih tinggi. Karena itu, juga tidak aneh jika SBI dan BI ra te kita jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Sibor dan Libor karena faktor struktur pasar dan perilaku monopoli tersebut. Bahkan, jauh lebih tinggi lagi dibandingkan dengan US prime rates, sekitar tiga persen dan Japan Prime Ra tes sekitar satu persen.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Jadi, masalah suku bunga juga berakar pada struktur pasar yang oligopo listis dan perilaku monopolistis, terutama pemilik dana besar BUMN dan pemerintah sendiri. Pemilik dana besar di BUMN dan pemerintah meminta bunga yang tinggi pada perbankan sehingga suku bunga deposito terdongkrak tinggi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pantas suku bunga Indonesia tergolong paling tinggi di dunia karena ada indikasi kartel di dalam pasar keuangan ini, yang tidak lepas kemungkinan kolusi. Dana besar di BUMN sudah menjadi rahasia umum sebagai barang dagangan antara bank dan pemilik dana. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi OJK yang baru, yang bila diperlukan bisa bekerja sama dengan KPPU. </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"> ●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-34961246645918431932013-03-30T07:38:00.003-07:002013-03-30T07:58:36.642-07:00Revitalisasi Pertambangan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Revitalisasi Pertambangan</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Purbayu Budi Santosa, </span><b>GURU BESAR FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b>UNIVERSITAS DIPONEGORO</b><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 10pt;"></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> SUARA MERDEKA, 25 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">MENTERI </span></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">ESDM Jero Wacik menyatakan perusahaan tambang kelas kakap, antara lain Freeport dan Newmont, keduanya dari Amerika Serikat, bersedia melakukan negoisasi untuk mengubah kontrak. Dia berharap perusahaan pertambangan lainnya melakukan langkah serupa (SM, 21/ 02/ 12). Pernyataan itu terlihat cukup memberikan harapan dalam pengelolaan hasil tambang supaya lebih menguntungkan negara dan rakyat Indonesia.<br /><br />Selama ini, posisi Indonesia dalam pengelolaan tambang atau sumber daya alam lain terlihat lemah dalam negoisasinya dengan pihak asing. Padahal bahan tambang itu milik kita sehingga Indonesia seharusnya lebih berhak mengatur untuk kondisi yang lebih menguntungkan, bukannya dipermainkan oleh pengusaha asing.<br /><br />Sektor pertambangan banyak memberikan tambahan pendapatan yang nantinya menjadi anggaran belanja untuk berbagai daerah. Angka pengembalian dana ke daerah cukup besar, antara 15 dan 30% meski realisasinya kadang dikeluhkan karena kekurangtransparan perhitungannya.<br /><br />Masyarakat mungkin mengira pemasukan negara terkait usaha pertambangan yang melibatkan perusahaan asing, sangat besar, padahal faktanya tidak. Misalnya, pemasukan dari Freeport untuk negara kita hanya sekitar Rp 20 triliun (Abhisam DM, 2011), kalah jauh dari cukai rokok yang berdasarkan data BI (2011) untuk penerimaan tahun 2002 saja bisa Rp 22,469 triliun, dan terus naik karena tahun 2011 mencapai Rp 62,759 triliun. Tahun ini penerimaan cukai rokok diplot sekitar Rp 72 triliun.<br /><br />Melihat realitas pengelolaan aneka sumber daya tambang, kita bisa menyimpulkan bahwa Indonesia ditipu pihak asing. Kenapa para pemimpin kita bisa ditipu. Ada apa sampai mereka menyetujui bagi hasil dalam kontrak itu? Padahal pemasukan dari Freeport tidak hanya dari emas, tetapi juga aneka tambang lainnya, termasuk uranium yang harganya sangat mahal.<br /><br /><b>Banyak Masalah</b><br />Usaha pertambangan di Indonesia sampai saat ini memicu beragam masalah, dari pelanggaran hukum, konflik sosial, kerusakan lingkungan, hingga tindak kekerasan. Usaha pertambangan itu pun belum banyak memberi kesejahteraan nyata bagi masyarakat (Kompas, 20/02/12). Kasus berdarah di Pelabuhan Sape Bima NTB merupakan ekses sosial terkait usaha pertambangan.<br /><br />Di Papua, masyarakat sekitar areal pertambangan justru disuguhi ketimpangan soal kemewahan. Bila mereka memprotes soal ketidakadilan, aparat kita yang membantu pengamanan di Freeport, menghadapinya dengan kekerasan. Dalam kasus itu, aparat mendapat dana khusus dari perusahaan Amerika tersebut.<br /><br />Kasus kerusakan lingkungan pun hampir sebagian besar mengait usaha pertambangan. Sebuah stasiun televisi nasional pernah menayangkan liputan kota Samarinda yang kini makin sering dilanda banjir. Penambangan batu bara di Kalimantan Timur secara masif, yang meninggalkan lubang-lubang besar, tanpa perbaikan lingkungan yang memadai, memicu banjir di kota itu, terutama saat musim hujan.<br /><br />Mungkin kita berpikir fungsi corporate social responsibility bagi masyarakat sekitar area pertambangan, tetapi praktiknya sering tidak dilakukan. Dana CSR diberikan kepada pihak lain dengan ekspose mencolok, supaya memberi kesan perusahaan pertambangan itu menjalankan fungsi sosial kemasyarakatan. Dengan kata lain, melakukan upaya pencitraan tetapi masyarakat sekitar pertambangan yang mestinya memperoleh manfaat sosial ekonomi, justru terlupakan.<br /><br />Belum lagi, biaya pengelolaan usaha pertambangan terlalu sering tidak transparan. Unsur-unsur dalam cost recovery penuh aneka biaya siluman sehingga mengurangi pendapatan bersih. Pengaruh selanjutnya karena pendapatan bersih yang relatif kecil itu maka sumbangan ke negara kita pun menjadi kecil. </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"> </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-83141052102040111902013-03-30T07:38:00.001-07:002013-03-30T07:58:36.656-07:00Oh, Yunani…<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Oh, Yunani…</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Jaya Suprana, </span><em><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-style: normal;">BUDAYAWAN</span></b></em></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> KOMPAS, 25 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sebenarnya tujuan utama menelusuri Kepulauan Siklada, Kreta, Rhodos, Itaka, Peloponesa, Sterea Elada, Thesalia, sampai Meteora pada awal 2012 adalah tapak tilas perjalanan sejarah kebudayaan Yunani, mulai dari neolitikum sampai bizantium.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Namun, kemelut yang di masa kini sedang terjadi di negara kelahiran demokrasi itu ternyata tak kalah menarik dipelajari.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sejak akhir 2009 mendadak ekonomi Yunani menghadapi kemelut krisis paling parah sejak restorasi demokrasi 1974. Pemerintah Yunani kalang kabut merevisi prediksi defisit 3,7 persen menjadi 12,7 persen dari GDP. Terbongkar rahasia: sebelumnya Pemerintah Yunani sengaja berdusta dengan konsisten merekayasa statistik ekonomi nasional agar tetap di dalam ambang batasan monetary union guidelines demi menyembunyikan fakta aktual defisit dari audit Uni Eropa.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Mei 2010, sekali lagi defisit direvisi dengan prediksi 13,6 persen GDP, bahkan disertai data total public debt 120 persen GDP, yang berarti sudah termasuk rekor terburuk di dunia. Kepercayaan internasional terhadap kemampuan Yunani melunaskan utang luar negeri merosot, maka negara anggota Euro yang kaya raya bersama IMF merestui paket penyelamatan dengan suntikan dana 110 miliar euro. Tentu disertai syarat-syarat pengencangan ikat pinggang ekonomi yang diawasi dan dikendalikan oleh European Commission, European Central Bank, dan IMF.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Demokrasi</span></strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Permainan angka statistik sangat mudah direkayasa sesuai selera dan kepentingan pembuat atau pemanfaatnya. Maka, saya berusaha menimba informasi bukan dari para ekonom—apalagi politisi—melainkan langsung mendengar suara rakyat, seperti para pengemudi taksi, concierge hotel, pelayan rumah makan, dan pemandu wisata yang belum terkontaminasi kepentingan politis.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Umumnya mereka sepakat: krisis ekonomi Yunani sangat memprihatinkan. Bahkan, memalukan rakyat Yunani yang begitu bangga terhadap bangsa dan negara mereka yang memang layak dibanggakan karena telah melahirkan karsa-karya kebudayaan adiluhung, mulai dari seni rupa, teater, arsitektur, sains, filsafat, sampai demokrasi. Namun, ternyata kini melahirkan kaum politisi yang pendusta, pengingkar janji, serakah, dan korup!</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Mengenaskan! Citra demokrasi Yunani masa kini dicoreng-moreng kaum politisi sedemikian korup sehingga berhasil membangkrutkan negara!</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kaum politisi yang mengaku penjunjung tinggi paham demokrasi ternyata jauh lebih mengutamakan kepentingan pribadi ketimbang negara, bangsa, dan rakyat. Sampai ada yang tega menilai kondisi Yunani tempo doeloe di masa monarki, bahkan saat dijajah imperium Ottoman masih lebih baik ketimbang di alam demokrasi masa kini.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Mereka tidak bicara jargon-jargon politik-ekonomi yang di luar jangkauan pemahaman awam, tetapi langsung menuding sikap, perilaku, dan akhlak kaum politisi sebagai biang keladi malapetaka nasional Yunani! Janji-janji menggiurkan para politisi yang diobral habis di masa kampanye pemilu segera dilupakan, bahkan diingkari, setelah rakyat memilih mereka untuk bertakhta di singgasana penguasa.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Berlindung di balik kedok demokrasi, para politisi konsisten dan konsekuen mengeruk uang negara untuk kepentingan pribadi dengan semangat mumpungisme luar biasa menggelora. Masa jabatan tidak dianggap batasan masa untuk tulus berjuang demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, tetapi justru sebagai batasan masa untuk dimanfaatkan secepat dan sebanyak mungkin memindah uang dari kas negara ke kocek pribadi.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Korupsi ditempuh melalui berbagai jalur dan jurus, mulai dari yang terang-terangan (maka mudah ketahuan) sampai jurus bersolek akuntantif sehingga sulit dideteksi oleh mereka yang bukan ahli akuntan. Semua seolah sepaham dalam persepsi bahwa korupsi bukan kriminal selama tidak ketahuan. Maka, para politisi itu asyik bersaing adu ketangkasan melakukan korupsi mumpung belum ketahuan.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pilar-pilar demokrasi di Yunani masa kini sudah runtuh menjadi puing-puing; berserakan seperti reruntuhan di akropolis Athena, Rhodos, Lindos dari masa lalu itu.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Prihatin</span></strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Ratapan rakyat jelata Yunani yang saya dengar selama hanya beberapa hari di awal 2012 itu membuat saya prihatin atas nasib Yunani. Di samping itu, saya pun semakin yakin: pada hakikatnya yang terpenting bagi suatu negara-bangsa sebenarnya bukan sistem kepemerintahan, melainkan sikap, perilaku, dan akhlak para insan kepemerintahan.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sekembali di Tanah Air, saya tersadar bahwa meski berdasarkan data statistik resmi kondisi ekonomi kita terkesan masih jauh lebih baik ketimbang Yunani, pada hakikatnya perangai dan sepak terjang politisi di masa reformasi yang berhasil meruntuhkan rezim Orba di bumi Indonesia ini terkesan mirip alias tak jauh beda dari apa yang sedang meradang di Yunani. ●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-50187380655765723262013-03-30T07:37:00.003-07:002013-03-30T07:58:36.646-07:00Program Keluarga Harapan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Program Keluarga Harapan</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Abraham Fanggidae, </span><b>PEMBINA UTAMA MADYA, WIDYAISWARA UTAMA<br />PUSDIKLAT KESEJAHTERAAN SOSIAL, KEMENTERIAN SOSIAL</b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> SUARA KARYA, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu program perlindungan sosial untuk menanggulangi kemiskinan. PKH dikenal di negara lain dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. PKH bukan merupakan kelanjutan bantuan/subsidi langsung tunai (BLT) yang diberikan untuk membantu keluarga-keluarga miskin dalam mempertahankan daya beli mereka saat pe-merintah melakukan penyesuaian harga BBM.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Tujuan umum PKH adalah mengurangi angka dan memutus mata rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta merubah perilaku keluarga atau rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya percepatan Millenium Development Goals (MDGs).</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: 1) Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM. 2) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun dari RTSM yang belum masuk sekolah dasar. 3) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak RTSM. Dan, 4) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Karena PKH terkait erat dengan upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil, ibu nifas, bayi, balita, anak sampai dengan pendidikan dasar (setingkat SLTP) maka PKH akan hadir di tengah masyarakat dengan memperhatikan ketersediaan fasilitas pendidikan (fasdik) dan fasilitas kesehatan (faskes) di suatu wilayah yang bisa mendukung program PKH. PKH juga memperhatikan faktor lainnya seperti tingginya jumlah RTSM di kabupaten/kota, angka kematian ibu, angka kematian balita, angka gizi buruk, angka putus sekolah SD/setara dan SMP/setara.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Banyak orang memberikan komen dari sisi persepsi yang amat keliru. Pengamat atau komentator melihat PKH dengan kacamata politis, meneropong PKH dari dimensi politik praktis. Mereka menilai Kementerian Sosial membagi-bagikan uang kepada rakyat miskin, sebagai 'sogok politik' untuk kepentingan politik partai politik tertentu.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pemerintah tidak menyogok, tapi menolong rakyat, melindungi rakyat jika rakyat bermasalah. Apalagi, PKH bukan program Kementerian Sosial an sich, tetapi program pemerintah yang melibatkan berbagai instansi. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pelaksanaan PKH diharapkan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang paling membutuhkan uluran tangan dari siapa pun.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">PKH memberikan bantuan uang tunai (conditional cash transfer/CCT) bersyarat kepada keluarga sangat miskin (KSM) dengan besar berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 2,2 juta dalam satu tahun, dengan tahapan pembayaran setiap triwulan. Jumlah yang diterima fluktuatif tergantung dinamika dalam proses pendidikan dan kesehatan yang dipenuhi RTSM bersangkutan. Jumlah uang yang diterima setiap RTSM tidak sama pada setiap triwulan, tergantung hasil verifikasi dari kepatuhan anak mengikuti pendidikan, serta ibu hamil, ibu nifas, ibu yang melahirkan mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan yang dekat tempat tinggal mereka.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Bantuan dalam skim PKH mengharuskan RTSM penerima bantuan melakukan dua hal. Pertama, menyekolahkan anak atau anak- anaknya ke SD/Madrasah Ibtidaiyah atau SMP dan memenuhi kehadiran di kelas minimal 85% pada setiap bulan. Kedua, memeriksa kesehatan kandungan ibu hamil, atau anak balita ke Puskesmas/ Pustu/Puskesdes/Posyandu terdekat. Pada kedua butir kewajiban ini memuat unsur disiplin dan perubahan perilaku (changes behaviour) dari peserta PKH, yaitu anak dan ibu rumah tangga.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sekolah Gratis</span></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Komparasi dengan skala dunia, sampai tahun 2007, sebagai tahun dimulainya PKH di Indonesia, PKH sudah diterapkan pada 28 negara berkembang. Hasil penelitian di negara-negara Amerika Latin (Kolumbia, Nikaragua, Jamaika, Meksico, Brasil, Honduras), juga penelitian di Turki, program seperti PKH ini terbukti bisa meningkatkan jumlah pengeluaran, konsumsi makanan, memperluas keanekaragaman diet dan mampu mengurangi stunting (kekurangan pertumbuhan anak). Program ini juga terbukti mampu meningkatkan angka partisipasi sekolah (school enrollment rates), dan meningkatkan tingkat kesehatan keluarga sangat miskin.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Hal positif lain yang perlu diketahui, sejak 2007-2011 sasaran PKH hanya kepada RTSM yang mempunyai anak sekolah sampai dengan tingkat SD. Ini berarti, jika anak keluarga miskin tersebut sudah menamatkan SMP/pendidikan setara maka keluarga bersangkutan tidak lagi menerima bantuan pendidikan. Peserta RTSM merasakan hasil PKH, khususnya anak mereka bisa mengikuti pendidikan mulai dari SD hingga tamat SMP. Mereka berterus terang mengatakan tidak mampu menyekolahkan anak ke tingkat SMA/SMK setara karena ketiadaan biaya.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dengan alasan itu maka mulai tahun 2012, jangkauan bantuan PKH kepada RTSM meningkat dengan membiayai siswa dari RTSM bersangkutan hingga bisa lulus SMA/ SMK/pendidikan setara. Ini berarti PKH memberikan akses seluas mungkin kepada siswa miskin/siswa dari RTSM yang mampu secara akademik untuk melanjutkan pendidikan sekolah lanjutan atas.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Ke depan semoga siswa miskin dari RTSM mampu meraih cita-cita masuk pendidikan tinggi yang menyediakan fasilitas beasiswa bahkan pendidikan gratis sehingga mereka mampu meraih cita-cita menjadi perwira TNI/Polri, bidan, perawat, dokter, guru, serta keahlian lain yang berguna bagi diri mereka dan masyarakat luas. </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-59817568217446517922013-03-30T07:37:00.000-07:002013-03-30T07:58:36.648-07:00Membangkitkan Manisnya Industri Gula<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Membangkitkan Manisnya Industri Gula</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Ferry Is Mirza, </span><b>PEGIAT TRI 1980-1987 DI JEMBER</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> JAWA POS, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">PADA 1975-an, meski termasuk negara yang baru membangun, Indonesia mampu menjadi produsen gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba. Namun, kini Indonesia justru menjadi bangsa penerima (pengonsumsi) gula impor dan rafinasi. Ironis. Kenapa dan mengapa bisa demikian?<br /><br />Pada masa Orba, kurun waktu 1975-1987, negara kita bisa swasembada gula. Bahkan, Indonesia menjadi pengekspor gula ke beberapa negara kawasan ASEAN dan Asia. Petani tebu yang menjadi pemasok utama bahan baku gula mengalami peningkatan pendapatan/kesejahteraan. Itulah masa keemasan tebu rakyat intensifikasi (TRI).<br /><br />Hal itu bisa terjadi karena pemerintahan Orba punya perhatian serius dan konsep yang jelas tentang industri gula. Untuk merealisasikannya, Presiden Soeharto mengeluarkan instruksi yang dikenal dengan Inpres 9/1975 tentang TRI. Tegas dan jelas dua tujuan yang ingin dicapai dalam program Inpres 9/1975. Yaitu meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani dan swasembada gula nasional.<br /><br />Dalam pelaksanaan Inpres 9/1975, tingkat pusat sampai daerah berjalan sinkron.<i>Maping</i> luas lahan dan kategori tanaman di setiap provinsi, kota/kabupaten, hingga per wilayah pabrik gula (PG) terukur. Untuk Jawa Timur yang memiliki banyak PG ditetapkan sebagai lumbung gula nasional.<br /><br />Garis komando dan koordinasi tertata rapi. Sistem dan administrasi manajemennya berjalan efektif. Menteri bertugas membuat pakta integritas dan koordinasi melalui SKB (surat keputusan bersama). Yaitu menteri koperasi/kepala bulog (saat itu), menteri keuangan, menteri pertanian, serta menteri perindustrian dan perdagangan.<br /><br />Di kota/kabupaten dibentuk satuan pelaksana bimbingan masyarakat yang disingkat satpel bimas TRI. Di tingkat provinsi, satpel diketuai gubernur. Wali kota/bupati jadi ketua di kota/kabupaten. Pelaksana teknis dan pengawas di lapangan ditangani satuan tugas satu atap (satgas satap) yang terdiri atas unsur puskud (pusat koperasi unit desa), bulog/dolog, BRI, pabrik gula (PG), serta PPL pertanian.<br /><br />Petani TRI yang kala itu terhimpun dalam koperasi unit desa (KUD) mendapatkan fasilitas kredit dari BRI sesuai dengan lahan yang dimiliki. Misalnya, lahan sawah disebut TRI-S, lahan tegalan TRI-T, lahan bebas TRI-B, serta lahan PG TRI-P.<br /><br />Kredit yang didapat petani TRI bisa digunakan untuk sekali musim tanam, yang mencakup biaya saprotan (bibit dan pupuk), tebang-angkut, serta ongkos kerja. Selain itu, petani diberi biaya hidup atau COL (<i>cost of living</i>) selama menunggu panen. Besarannya bergantung luas dan jenis lahannya, sawah atau tegalan. Untuk petani TRI (B), yang membiayai pengusaha atau penyewa lahan. Nah, TRI (P) dibiayai PG.<br /><br />Karena sistem dan administrasi manajemen berjalan, koordinasi dari pusat sampai daerah sinkron. Tidak banyak kredit macet atas TRI. Pengembalian kredit langsung dipotong melalui perhitungan dari DO gula masing-masing petani. Perhitungan dilakukan satgas satap. Setelah itu, petani bisa mencairkan pendapatan di BRI.<br /><br />Pendapatan petani TRI kala itu berada di atas rata-rata. Karena petani mendapatkan hasil gula yang sangat memadai, yakni 70 persen, sisanya menjadi bagian PG sebagai ongkos giling.<br /><br />Kenapa bisa pendapatan/kesejahteraan petani meningkat? Sebab, kuantitas tebu yang dihasilkan per hektare cukup besar dengan rendemen paling rendah 8 persen. Artinya, setiap 100 kilogram tebu menghasilkan 8 kilogram gula. Kini, menurut anggota DPRD Jatim Anna Luthfie, rendemen berkisar 5,5-6 persen.<br /><br />Faktor rendemen adalah hal penting dalam industri gula. Makin rendah rendemen, makin tak produktif.<br /><br />Menyimak keberhasilan program Inpres 9/1975 di atas, tidak ada salahnya bila pemerintah mau kembali ke khitah untuk membangun industri gula nasional demi kemakmuran bangsa. Wajib dilakukan revitalisasi PG yang kebanyakan bangunan dan mesin produksinya peninggalan zaman Belanda.<br /><br />PG sebagai perusahaan BUMN harus dikelola secara profesional. Perusahaan tidak lagi berkultur kolonial, mesti berorientasi bisnis dan adaptif. Penyediaan luas lahan harus setara dengan serapan produksi setiap PG di setiap wilayah/daerah.<br /><br />Untuk mewujudkan itu, perlu sinergi antar kementerian terkait dan sosialisasi program TRI kepada petani. Tentu, dengan semangat kerja, kerja, kerja dan mengedepankan integritas, serta daya antusias, bukanlah mustahil pada 2014 kita mampu swasembada gula. Malu rasanya bila gula impor dan rafinasi masih kita konsumsi. Padahal, negara kita (tetap) negara agraris! ●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-80094037454537129722013-03-30T07:36:00.003-07:002013-03-30T07:36:27.637-07:00BBM dan Perampokan SDA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">BBM dan Perampokan SDA</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Ahmad Erani Yustika, </span><b>GURU BESAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b>UNIVERSITAS BRAWIJAYA SERTA DIREKTUR EKSEKUTIF INDEF</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> JAWA POS, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0cm 0cm 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">JIKA kita menoleh ke belakang, sejarah kenaikan harga minyak (BBM) di Indonesia adalah kisah rendahnya kredibilitas hitungan statistik berhadapan dengan realitas di lapangan. Ambil saja kasus kenaikan harga BBM pada 2005, kala pemerintah menaikkan harga BBM sebanyak dua kali, yaitu Maret dan Oktober 2005 (rata-rata naik sekitar 110 persen).<br /><br />Untuk menghindari lonjakan jumlah orang miskin, disiapkan skema dana kompensasi (BLT) yang diberikan kepada sekitar 36 juta rakyat miskin dengan total dana Rp 17,9 triliun. Lembaga kajian ekonomi dari sebuah perguruan tinggi terkemuka di Indonesia diminta membuat simulasi atas skema kebijakan tersebut dan menghasilkan kesimpulan: Penduduk miskin akan berkurang dari 16,7 persen menjadi tinggal 13 persen. Pemerintah yakin betul dengan kajian (yang sumir) tersebut sehingga abai terhadap kritik atas akurasi simulasi itu.<br /><br />Sejarah menyimpan warta: Pada awal 2006 jumlah orang miskin melonjak menjadi 39,05 juta (17,75 persen) gara-gara inflasi yang meroket hingga mencapai 17,11 persen.<br /><br /><b>Legitimasi Etis</b><br /><br />Dalam kasus kenaikan harga BBM tersebut, mengapa simulasi statistik atau model ekonometrik tidak sanggup memprediksi secara akurat? Jawabannya sederhana: Pemerintah tidak dapat mengisolasi secara meyakinkan perembetan kenaikan harga BBM terhadap komoditas-komoditas lain, entah makanan, transportasi, pendidikan, pakaian, dan lain-lain.<br /><br />Apakah penjalaran semacam itu tidak dapat diestimasi? Sebetulnya bisa selama struktur pasar (distribusi) sehat, faktor spekulasi dianggap absen, dan infrastruktur bagus. Tapi, tiga asumsi tersebut tidak ada di sini, di mana struktur pasar sangat oligopolis (khususnya komoditas pertanian), spekulasi menjadi tradisi, dan ketersediaan infrastruktur sangat parah.<br /><br />Implikasinya, model ekonometrik secanggih apa pun dipastikan meleset karena tidak mampu menginternalisasikan kejadian-kejadian di luar asumsi. Pada kasus 2005 tersebut APBNP II memprediksi inflasi hanya 8,6 persen, tapi dalam realitasnya melesat menjadi 17,11 persen (inflasi 2004 sendiri sebesar 6,4 persen).<br /><br />Berikutnya, kenaikan harga BBM selalu dikaitkan dengan keselamatan fiskal, seolah-olah jika subsidi dipangkas secara otomatis anggaran fiskal akan sehat. Sepintas, logika itu mungkin benar. Sebab, bila subsidi BBM dikurangi (yang dianggap selama ini hanya dinikmati golongan berpendapatan menengah ke atas), ruang fiskal terbuka lebar untuk pembangunan lain, misalnya belanja modal dan sosial.<br /><br />Mari kita lihat lagi dari kasus 2005 itu. Akibat kenaikan harga BBM, pertumbuhan ekonomi 2005 mengalami kontraksi menjadi 5,6 persen. Padahal, seandainya kenaikan BBM tidak terjadi, pertumbuhan ekonomi minimal bisa 6,5 persen. Saat itu tercatat sektor pertanian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; perdagangan; hotel dan restoran; keuangan; persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa peranannya menurun terhadap PDB (BPS, 2006). Kesimpulan generik: Jika dibuat neraca, penghematan fiskal yang diperoleh jauh lebih kecil ketimbang penurunan pergerakan ekonomi secara keseluruhan.<br /><br />Terakhir, setiap kebijakan publik harus mendapatkan dua pasokan legitimasi sekaligus: etis dan pragmatis. Legitimasi etis berkaitan dengan ketiadaan konflik kepentingan dan noda masalah di sekitar objek kebijakan publik. Sementara itu, legitimasi pragmatis bersinggungan dengan argumentasi praktis untuk memecahkan masalah sedini mungkin.<br /><br />Dalam soal kenaikan harga BBM, itu secara pragmatis mungkin bisa dibenarkan. Sebab, harga minyak internasional melambung dan subsidi membengkak jika tidak ditempuh opsi kenaikan harga BBM. Tapi, di balik itu sebetulnya ada perkara etis yang menumpuk. Antara lain, perampokan sumber daya alam (SDA) dan mafia minyak yang tidak terjamah selama ini.<br /><br />Bayangkan, kita meributkan duit Rp 120 triliun untuk subsidi minyak padahal pemerintah tiap tahun mengeluarkan uang dalam jumlah yang sama cuma untuk membayar <i>cost recovery</i> perusahaan eksplorator minyak (yang didominasi asing). Pertanyaannya, apakah etis seluruh lapisan rakyat diminta menanggung beban atas kekhilafan/dosa pemerintah dan pesta pora para cukong/bandar/mafia minyak?<br /><br /><b>Perburuan Rente SDA</b><br /><br />Dengan mendeskripsikan pokok soal tersebut, saya sebetulnya hanya ingin menyampaikan dua pesan. Pertama, jika benar nanti kebijakan kenaikan BBM dilakukan, pemerintah jangan naif memercayai bahwa kenaikan inflasi hanya akan di bawah 1,5 persen (bila premium naik sekitar Rp 1.500 per liter). Pemerintah mesti menyadari bahwa struktur pasar distribusi, situasi para spekulan, dan keadaan infrastruktur hari ini persis sama dengan kondisi 2005. Kapasitas birokrasi untuk mengatasi soal-soal itu dalam jangka pendek (apalagi dalam waktu sebulan jika memang kenaikan harga BBM dilakukan awal April 2012) nyaris nol persen.<br /><br />Pemerintah harus jujur mengatakan berapa inflasi yang realistis bakal terjadi dan kemungkinan lonjakan kemiskinan gara-gara kebijakan tersebut. Bukan masanya lagi rakyat dibuai dengan ramalan statistik yang tidak masuk akal sambil tentu saja pemerintah menyiapkan skema kompensasi yang lebih cerdas, beradab, implementatif, dan tidak memunculkan perburuan rente baru.<br /><br />Kedua, seandainya kebijakan kenaikan harga BBM jadi dieksekusi, pemerintah memanggul tugas mahapenting: menyelesaikan persoalan yang terkait dengan legitimasi etis itu. Pada saatnya rakyat pasti akan paham bahwa harga minyak murah tidak lagi bisa dipertahankan karena cadangan SDA yang menipis dan harga minyak internasional yang melambung (sementara Indonesia menjadi <i>net importer</i>). Tapi, meminta rakyat mafhum atas situasi itu tanpa mengatasi praktik mafia minyak dan perampokan masif SDA (oleh asing maupun predator domestik) serta membiarkan perburuan rente di sektor pertambangan sama halnya dengan menggencet hak hidup rakyat.<br /><br />Argumen kenaikan harga BBM demi anggaran fiskal yang sehat dan mengurangi subsidi kepada orang kaya menjadi patah dan sebatas dongeng pengantar tidur bila pasokan legitimasi etis tidak cepat didapat. Kontrak seperti itu yang harus disodorkan kepada pemerintah untuk ditandatangani. Jika tidak bersedia, kenaikan harga BBM sudah sepantasnya ditolak! ●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-62089865298835562872013-03-30T07:36:00.000-07:002013-03-30T07:58:36.649-07:00Disagregasi Kebijakan Ekonomi Pangan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Disagregasi Kebijakan Ekonomi Pangan</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Bustanul Arifin, </span><em><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">GURU BESAR ILMU EKONOMI PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG;</span></b></em><em><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-style: normal;"></span></b></em></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<em><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">EKONOM SENIOR INDEF</span></b></em></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> KOMPAS, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Memasuki babak akhir bulan Februari, diskusi publik pelan-pelan bergeser pada anjloknya harga gabah petani. Sebelumnya, diskusi lebih pada melonjaknya harga pangan, terutama beras sebagai kontributor penting laju inflasi nasional.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kecenderungan pergeseran diskusi ini akan berlangsung sampai musim panen raya April-Mei karena musim hujan diperkirakan akan lebih panjang.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pemerintah sedang mempersiapkan kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk beras dan gabah yang baru sebagai perbaikan dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2009 soal Kebijakan Perberasan. HPP untuk gabah kering panen diusulkan Rp 3.400 per kilogram dan HPP beras Rp 6.600 per kilogram dengan persyaratan teknis yang relatif tidak terlalu berbeda.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pada 2011, pemerintah urung merevisi angka HPP beras dan gabah walaupun telah dibahas maraton yang melibatkan akademisi, organisasi petani, dan masyarakat madani. Pertimbangan pemerintah adalah karena khawatir dampak inflatoir yang lebih buruk jika harga gabah dan beras dinaikkan. Menariknya, laju inflasi kumulatif tahun 2011 ternyata di bawah 4 persen. Laju inflasi kelompok makanan cukup rendah, yaitu 3,64 persen untuk bahan makanan dan 4,51 persen untuk makanan jadi.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dari sanalah, diskusi di tingkat akademik soal kebijakan pangan cukup krusial terhadap pandangan yang menghendaki harga pangan rendah dan yang mengadvokasi harga pangan tinggi. Perbedaan pandangan dan kepentingan merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Namun, jika perbedaan pandangan itu sampai menimbulkan perpecahan dan permusuhan, tentulah merupakan kewajiban negara menemukan titik konvergensi pada dunia nyata. HPP yang lebih rendah daripada harga pasar telah mewarnai kinerja pengadaan beras oleh Perum Bulog yang jauh dari memadai. Akibatnya, Indonesia kembali harus mengimpor beras untuk menjaga stok nasional pada kondisi ideal 1,5-2 juta ton.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Impor beras yang masuk pada Februari ini, seperti yang terjadi di Lampung, tentu menimbulkan protes keras dari masyarakat serta bagi siapa pun yang bermaksud membela kepentingan dan menjaga tingkat kesejahteraan petani. Demikian sebaliknya, HPP yang ditetapkan tinggi dari harga pasar dapat menjadi salah satu pendorong melonjaknya harga kebutuhan pokok dan laju inflasi nasional, yang berdampak terhadap menurunnya daya beli masyarakat.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Analisis ekonometrika yang mengestimasi tingkat kasualitas antara HPP dan harga beras di pasar ternyata tidak terlalu konklusif. Pola pergerakan harga beras di pasar mengikuti kondisi penawaran dan permintaan di dalam negeri, fluktuasi harga beras di pasar global, plus dinamika psikologis masyarakat produsen dan konsumen yang juga dipengaruhi faktor non-ekonomi.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sementara itu, pola pergerakan kenaikan HPP cenderung tidak lancar, seperti tangga, tergantung pada kebijakan perberasan pemerintah. HPP bergeser secara vertikal saat Inpres Kebijakan Perberasan diumumkan, lalu melandai untuk waktu yang cukup lama, kemudian melonjak secara vertikal lagi ketika terdapat inpres baru, dan begitu seterusnya.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sementara itu, kebijakan ekonomi pangan ternyata belum mampu meningkatkan produksi dan produktivitas pangan pokok, terutama beras. Penurunan produksi beras 1,63 persen tahun 2011 seharusnya dijadikan catatan penting bagi pemerintah bahwa kebijakan ekonomi pangan cenderung bersifat agregat dan pukul rata.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pemerintah kesulitan menjelaskan secara memadai, kecuali alasan fenomena perubahan iklim ekstrem, musim hujan berkepanjangan dan musim kemarau menyengat, plus serangan hama wereng yang tidak terduga. Penjelasan tentang penurunan produksi jagung sampai 6 persen karena penurunan areal panen di sentra produksi jagung di Lampung, Jawa Timur, dan Jawa Tengah terkesan tidak profesional.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pasar komoditas pangan global sebenarnya tidak buruk dibandingkan dengan krisis pangan tahun 2008. Produksi biji-bijian dunia tahun ini diramalkan naik 3,7 persen, sedangkan cadangan pangan akhir (ending stock) juga naik 3,3 persen sehingga indeks harga menurun (FAO, November 2011).</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pasar beras diramalkan naik 3,4 persen dan cadangan akhir naik 7,7 persen karena cukup banyak produsen menahan cadangan beras untuk konsumsi domestik. Akibatnya, tren harga beras naik.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dari uraian di atas, kini saatnya bagi Indonesia mulai melakukan disagregasi kebijakan ekonomi pangan agar lebih tepat sasaran. Di tingkat teori, kebijakan HPP dimaksudkan untuk menjaga kejatuhan harga gabah di tingkat petani dan menekan aneka risiko sosial-ekonomi petani.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kebijakan HPP seharusnya ditetapkan pada awal musim tanam karena akan bermanfaat sebagai sinyal penting bagi pengambilan keputusan ekonomi petani. Apalah gunanya menetapkan Inpres Kebijakan Perberasan jika musim tanam sudah selesai dan musim panen segera tiba.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kebijakan melindungi konsumen beras, terutama dari kelompok rumah tangga miskin, perlu dirumuskan khusus. Kebijakan ini perlu secara perlahan mengganti konsep kebijakan subsidi beras untuk keluarga miskin yang sudah berjalan 13 tahun. Amat tidak bijak jika pemerintah (dan Bulog) menaikkan jumlah rumah tangga sasaran sampai 18 juta atau 33 persen dari penduduk. Sementara di sisi lain, pemerintah melaporkan penurunan angka kemiskinan sampai 30 juta jiwa atau 12,5 persen dari penduduk. Di sinilah manfaatnya bahwa disagregasi kebijakan ekonomi pangan mampu meningkatkan pencapaian sasaran yang lebih spesifik, plus konsistensi kebijakan itu sendiri. ●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-20016207683291409232013-03-30T07:35:00.002-07:002013-03-30T07:58:36.635-07:00Ekonomi Otopilot<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Ekonomi Otopilot</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Mukhaer Pakkanna, </span><em><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-style: normal;">PENELITI CENTER FOR INFORMATION AND DEVELOPMENT STUDIES (CIDES); REKTOR STIE AHMAD DAHLAN, JAKARTA</span></b></em></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> KOMPAS, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Di beberapa lokasi strategis di DKI Jakarta dan kota-kota lain di Tanah Air, beberapa bulan terakhir terpampang spanduk: ”Negeri Auto Pilot”. Makna tersirat spanduk itu mengarah pada negeri kita yang berjalan sendiri dan arahnya tidak jelas.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Negeri otopilot juga bisa dianalogikan sebagai negeri tanpa kepemimpinan yang jelas. Memang demikianlah faktanya. Bangsa Indonesia berjalan sendiri tanpa orientasi. Quo vadis?</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Chappy Hakim mengurai otopilot sebagai salah satu peralatan di pesawat terbang yang dapat membantu pilot menerbangkan pesawat.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Otopilot lazimnya bekerja dengan tenaga mekanik atau elektrik atau hidrolik atau kombinasi dari ketiganya yang dapat menerbangkan pesawat tanpa dikemudikan sang pilot. Artinya, otopilot diasumsikan sebagai pilot yang menerbangkan pesawat secara otomatis. Pilot menjadi lebih relaks dan dapat mengerjakan tugas-tugasnya dengan lebih baik karena tinggal mengawasi dan mengecek silang pada instrumen kokpit.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Minus Ideologi</span></strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dengan asumsi itu, dua hal menarik ditelaah jika dikaitkan dengan gerak ekonomi nasional. Pertama, ekonomi otopilot berarti gerak ekonomi yang berjalan secara business as usual. Ekonomi yang tanpa sentuhan pemerintah pun bergerak secara otomatis.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kedua, ekonomi otopilot berarti gerak ekonomi yang tidak mementingkan makna ideologi. Yang penting, bagaimana ekonomi bergerak dan masyarakat bisa selamat. Bapak Pembangunan Ekonomi China, Deng Xiaoping, berujar, ”Tidak penting apakah kucing berwarna hitam atau abu-abu, yang penting dapat menangkap tikus.”</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Abainya ekonomi nasional pada makna ideologi meniscayakan hilangnya arah ekonomi Indonesia. Dengan ekonomi otopilot, kita tidak perlu lagi membangun arah ekonomi yang menjamin kemakmuran bersama. Kepentingan masyarakat lebih utama dari kepentingan orang-seorang.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Tidak perlu lagi berorientasi menjamin hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara untuk kesejahteraan bersama. Maka, ideologi ekonomi konstitusi pun masuk kubur.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Tidak mengherankan, persoalan perburuhan dilepas sesuai mekanisme pasar. Penentuan upah minimum regional (UMR) hanya bersifat politis dan formalistis. Politis, karena hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan politik. Formalistis, hanya karena untuk meredam gejolak buruh.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Demikian juga pada soal sengketa tanah, pemerintah tidak pernah menuntaskan secara permanen, hanya eklektik. Pemerintah melakukan pembiaran untuk memperhadapkan antara pemodal kakap dan rakyat. Bahkan, dalam kondisi yang tidak simetris (asymmetric) meminjam uraian Joseph Stiglitz (2001), pemodal kerap diberi privilese oleh negara untuk melindas rakyat pemilik hak ulayat tanah.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dasar perekonomian nasional yang disusun berdasarkan usaha bersama (mutualism) dan kekeluargaan (brotherhood) menjadi dilupakan. Negara mengalami deteriorasi dan mandul inisiatif dalam membangun kebersamaan dan kerja sama antarpelaku ekonomi. Pemodal kakap semakin hidup eksklusif dan autis, sementara mayoritas rakyat menjerit karena kehilangan akses sumber daya ekonomi.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Ekonomi Timpang</span></strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Merujuk data Lembaga Penjaminan Simpanan (2011), yang dihimpun Perkumpulan Prakarsa, jumlah dana pihak ketiga di perbankan mencapai Rp 2.400 triliun pada 100 juta rekening nasabah pemodal kakap. Namun, 40 persen dari jumlah itu atau Rp 1.000 triliun dikuasai oleh 0,04 persen nasabah kakap atau 40.000 rekening. Hanya 1,3 persen rekening menguasai 75 persen dana pihak ketiga atau Rp 2.000 triliun.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sementara itu, pada paruh 2011, kekayaan 40 orang terkaya sebesar Rp 680 triliun atau setara dengan 10,3 persen PDB Indonesia. Jumlah kekayaan 40 orang itu ekuivalen dengan kekayaan sekitar 60 juta jiwa paling miskin. Mengapa demikian?</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Hal itu terjadi karena kebijakan ekonomi tidak lagi ”disusun” sesuai makna konstitusi ekonomi nasional, tetapi dibiarkan ”tersusun” sendiri oleh mekanisme pasar. Secara imperatif negara menyusun, negara mendesain sistem kelembagaan.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kata Swasono (2010), wujud ”ketersusunan” merupakan usaha bersama berdasar mutualisme (kepentingan bersama). Di situlah sesungguhnya letak arah dan orientasi demokrasi ekonomi yang terkubur di negeri ekonomi otopilot.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Negara Terlibat</span></b></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kerakusan ekonomi yang memangsa jiwa masyarakat miskin kian bergulir karena negara (pilot) abai. Gerak ekonomi yang rakus itu karena pilot bertindak business as usual. Tidak ada terobosan signifikan dan permanen untuk membangun serta membangkitkan spirit kebersamaan ekonomi. Nyaris semua kebijakan ekonomi hanya pemanis politik belaka.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Di sisi lain, desakan ekonomi eksternal di mana Indonesia diposisikan dalam radar investasi portofolio global meniscayakan kekuatan pemodal global akan merasuk ke Indonesia. Lembaga Fitch Rating dan Moody’s Corporation telah menjustifikasi hal itu. Inilah sinyal bahwa Indonesia akan kebanjiran investasi. Hanya sayang, pergerakan investasi itu masih dipicu kekuatan korporasi berskala global.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Demikian juga penguatan pasar domestik, Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar dan pasar domestik potensial telah mampu menggerakkan kehidupan ekonomi. Bahkan, konsumsi domestik Indonesia lebih kokoh karena rasionya terhadap PDB mencapai 64 persen.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Semua ini menandakan, ekonomi Indonesia bergerak karena dorongan kekuatan ekonomi eksternal dan konsumsi domestik. Lagi-lagi, ekonomi otopilot tampak cuek bergerak. Nyaris gerak ekonomi, semuanya diserahkan pada kekuatan pasar.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dalam kaitan itu, diperlukan re-ideologisasi ekonomi Pancasila di kalangan para pilot ekonomi (pusat dan daerah) sehingga mereka kembali ”siuman” atas kesalahan fatal kebijakan kerakusan ekonomi saat ini. Negara harus terlibat dalam membangkitkan prakarsa ekonomi dalam ruang kesederajatan dan keadilan antarpelaku ekonomi. ●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-15542889975476685822013-03-30T07:26:00.002-07:002013-03-30T07:26:13.624-07:00DW dan Seribu Triliun Pajak<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">DW dan Seribu Triliun Pajak</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Mohammad Afifuddin, </span><b>MAHASISWA PASCASARJANA SOSIOLOGI FISIPOL</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b>UNIVERSITAS GADJAH MADA</b><em><span style="font-family: Calibri, sans-serif;"></span></em></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> JAWA POS, 28 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">TAHUN</span></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"> ini pemerintah mencanangkan target penerimaan sektor perpajakan dalam APBN mencapai Rp 1.032 triliun. Estimasi itu meningkat Rp 153,9 triliun dibanding APBNP 2011 yang ''hanya'' Rp 878,71 triliun. Jika melihat postur APBN 2012 sebesar Rp 1.435,4 triliun, target penerimaan pajak kali ini setara 78,7 persen dari total belanja negara tahun ini. Melihat penerimaan negara bukan pajak tahun ini diperkirakan hanya Rp 124 trilun, realisasi penerimaan sektor pajak menjadi ''harga mati'' agar 240 juta kepala yang mendiami negeri ini bisa ''terus berdiri''.<br /><br />Tentu, yang dibuat kerja ekstrakeras untuk mengejar capaian tersebut adalah Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak). Salah satu upaya yang dilakukan Dirjen Pajak adalah mengusulkan skema pajak untuk usaha beromzet Rp 300 juta sampai Rp 4,8 miliar per tahun sebesar 2 persen dari omzet. Perinciannya, 1 persen untuk pajak pertambahan nilai (PPN) dan 1 persen untuk pajak penghasilan (PPh). Usaha beromzet kurang dari Rp 300 juta per tahun akan dikenai PPh 0,5 persen dari omzet.<br /><br />Upaya Ditjen Pajak itu sebenarnya bertujuan baik, yaitu memaksimalkan penerimaan pajak dengan mengoptimalkan potensi pembayar pajak yang selama ini belum banyak tersentuh. Hal itu sesuai dengan perhitungan dalam Sensus Pajak Nasional (SPN) 2011. SPN 2011 menyasar 1,5 juta wajib pajak dengan tujuan mengejar target kenaikan penerimaan pajak menjadi 79 persen dari total pendapatan negara tahun 2012. Dengan SPN tersebut, pemerintah berharap tingkat kepatuhan wajib pajak naik dari 62,5 persen pada 2011 menjadi 65 persen pada 2012.<br /><br />Namun, meski bermaksud baik, niat mulia semacam itu tidak selalu mulus dari berbagai halangan. Secara sosiologis, salah satu rintangan tersebut adalah resistansi yang kuat dari para wajib pajak. Manifestasinya di beberapa tempat adalah bersemainya gerakan pembangkangan sipil.<br /><br /><b>Gara-gara Dhana</b><br /><br />Sudah menjadi kecenderungan alamiah, siapa saja agak enggan mengeluarkan uang untuk suatu hal yang nilai manfaatnya tidak langsung bisa dirasakan, termasuk pembayar pajak. Apalagi, data statistik menunjukkan perincian APBN 2012 yang ternyata masih mengutamakan pembayaran utang, subsidi, belanja rutin, dan transfer ke daerah yang habis untuk belanja pegawai. Yang benar-benar untuk rakyat dan mendorong pertumbuhan ekonomi hanya 10 persen. Itu pun jika belum ''disunat'' para oknum serta mafia anggaran di berbagai instansi.<br /><br />Hal tersebut diperkuat fakta empiris bahwa ''perampokan pajak'' tidak hanya dilakukan Gayus Tambunan. Sebab, akhirnya terbukti muncul nama Dhana Widyatmika (DW) dan istrinya sebagai pemegang ''tongkat estafet'' dari Gayus. Tentu, fenomena tersebut memunculkan skeptisisme: jangan-jangan ini hanyalah fenomena gunung es.<br /><br />Kekesalan rakyat (wajib pajak) kian bertambah mengingat selama ini pembayar pajak tidak menerima pelayanan yang semestinya dari PNS atau aparatur negara lainnya terkait dengan pelayanan serta fasilitas publik yang selayaknya menjadi hak pembayar pajak. Berdasar survei Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), misalnya, 58 persen responden menganggap pengelolaan dana pajak untuk kepentingan rakyat masih buruk. Sementara itu, 58,4 persen responden menilai citra institusi dan pegawai Direktorat Jenderal Pajak masih buruk.<br /><br />Setidaknya, survei itu membuktikan bahwa sepak terjang Gayus Tambunan masih menjadi ingatan kolektif masyarakat: bahwa aksi mafia perpajakan telah berlangsung masif dan terstruktur. Terpaan berbagai isu dan skandal politik nasional tidak serta-merta menghapus memori rakyat atas rekam jejak seorang pegawai golongan III-A di lingkungan Ditjen Pajak yang berhasil mencaplok puluhan miliar uang hasil pajak tersebut. Jangan-jangan, pajak hanya memperkaya Gayus-Gayus (atau DW-DW) lain yang masih bercokol di Ditjen Pajak.<br /><br /><b>Pembangkangan Sipil</b><br /><br />Dari khazanah sejarah, Henry David Thoreau menolak membayar pajak sebagai simbol penolakan terhadap ketidakadilan oleh pemerintah Amerika Serikat terhadap Meksiko pada 1840-an. Sejak itu pula gagasan pembangkangan sipil (<i>civil disobedience</i>) mulai dikenal. Meski gerakan Thoreau tidak membuahkan hasil signifikan, keberaniannya menjadi inspirasi dan berkembang luas karena dijadikan simbol perlawanan terhadap praktik perbudakan serta pelanggaran hak masyarakat Indian. Baru setengah abad kemudian gagasan Thoerau diradikalkan dan terdesiminasi ke level gerakan masyarakat sipil internasional melalui karya penulis legendaris Rusia Leo Toslstoy dan aksi militan Mahatma Gandhi.<br /><br />Perlawanan untuk membayar pajak dapat dilihat dari perspektif pembangkangan sipil ketika rakyat tidak setuju terhadap sistem hukum maupun kebijakan yang diterapkan negara. Sebab, dalam era demokrasi deliberatif saat ini, memang memungkinkan rakyat melakukan tekanan melalui pembangkangan sipil. Misalnya, rakyat merasa enggan jika Ditjen Pajak terus mengintensifkan pemasukan dari sektor pajak untuk memaksimalkan penerimaan APBN. Namun, di sisi lain, reformasi birokrasi di Ditjen Pajak hanya <i>lips service</i> dan pembenahan fasilitas publik tidak maksimal terpenuhi.<br /><br />Bertolak dari deskripsi kegelisahan masyarakat itu, tepatlah jika John Rawls menyatakan bahwa pembangkangan sipil justru berfungsi sebagai kewajiban natural untuk menegakkan keadilan (Bedau, 1996). Sebab, hal itu dimaknai sebagai alat kontrol rakyat terhadap penguasa yang abai terhadap rakyat dan membiarkan oknum-oknum bawahannya mengorupsi uang pajak rakyat. ●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-49205753207173528602013-03-30T07:22:00.003-07:002013-03-30T07:58:36.644-07:00Ekonomi-Politik Kenaikan Harga BBM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Ekonomi-Politik Kenaikan Harga BBM</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Anggito Abimanyu, </span><i><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif;">DOSEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM, YOGYAKARTA</span></b></i><b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;"></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> REPUBLIKA, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bukan merupakan tujuan dari kebijakan energi. Kalau boleh memilih, meskipun kebijakan di tangan mereka, baik birokrat maupun politikus, akan menolak kenaikan harga BBM.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Studi UGM, UI, dan ITB (2011) membuktikan bahwa pilihan kenaikan harga BBM adalah pilihan terakhir bagi para pengambil kebijakan. Di samping berdampak pada sosial-ekonomi, secara politis menaikkan harga BBM adalah tindakan yang hanya akan menurunkan popularitas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Masalah BBM tidak dipisahkan dari persoalan politik dan hal tersebut sulit untuk dipisahkan. Apalagi, menjelang momentum pesta demokrasi di mana ada kelompok tertentu yang memanfaatkan hal itu. Secara global pun harga minyak mentah sangat dipengaruhi oleh politik, seperti sering terjadi antara kepentingan politik negara penghasil minyak, khususnya di Timur Tengah, dan kepentingan negara adikuasa, khususnya Amerika Serikat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Negara net importir seperti Indonesia sering tidak berdaya akan kenaikan harga minyak dunia yang bersifat artifisial. Untuk menghilangkan politisasi harga BBM, harga BBM harus disesuaikan secara perlahanlahan dan jika sudah mencapai harga keekonomian lalu dilepaskan mengikuti perkembangannya. Dengan demikian, harga BBM tidak lagi ditentukan dengan keputusan politik di DPR.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">BBM hanya akan menjadi urusan DPR jika menggunakan dana subsidi APBN dan menyangkut hajat hidup orang banyak. Harga produk BBM nonsubsidi, seperti Pertamax, aftur, pelumas, ataupun BBM untuk industri tidak diatur lewat keputusan DPR. Karena itu, jika sudah ada bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi tanpa subsidi, sudah lepas dari pembahasan rutin di DPR.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Meskipun masuk di dalam pembahasan DPR, banyak pihak yang menginginkan tidak ada politisasi dalam penetapan kebijakan BBM. Guru Besar Universitas Indonesia Emil Salim meminta politikus bersikap kooperatif dan tidak memperkeruh suasana dengan membuat isu BBM kian memanas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">“Lihat secara jernih, rasionalnya harga minyak dunia naik, subsidi akan membengkak, dan kenaikan harga BBM tidak akan meningkatkan jumlah masyarakat miskin,“ kata Emil Salim, Jumat (24/2). Menurut dia, imbas kenaikan BBM tidak akan berakibat pada penambahan masyarakat miskin karena distribusi bebannya cenderung lebih banyak pada kelas menengah ke atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Emil mengimbau masyarakat untuk tidak terjebak kepentingan politis yang menggunakan isu itu untuk kepentingan politik. Yang jelas, menurut pendapatnya, dampak yang akan diterima oleh masyarakat miskin kecil dan bisa ter-<i>cover</i> oleh program peningkatan masyarakat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sama halnya yang diungkapkan oleh Ketua Laboratorium Penelitian Pengabdian pada Masyarakat dan Pengkajian Ekonomi (LP3E) Universitas Padjadjaran, Bandung, Arief Anshory Yusuf, yang mengatakan, kenaikan harga BBM tidak seharusnya digembar-gemborkan ke arah kemiskinan. Yang jelas isu kenaikan BBM subsidi tidak sesensitif dulu saat masih ada minyak tanah yang dikonsumsi oleh sebagai besar masyarakat menengah ke bawah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Melindungi Golongan Lemah</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Guru Besar Ekonomi Lingkungan dari Gothenborg University, Swedia, Prof Thomas Sterner, menyebutkan, kebijakan terkait BBM memang selalu menjadi persoalan di setiap negara, termasuk di negara maju sekalipun.<br />“Pemberian subsidi adalah hal wajar di semua negara. Kalau memang akan memberi subsidi untuk transportasi publik, bisa dilakukan dengan cara lain, seperti subsidi terhadap kredit kendaraan umum atau insentif tambahan bagi gaji sopir,“ kata Sterner menyampaikan masukan alternatifnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Alasan pemerintah untuk menaikkan harga BBM adalah supaya biaya subsidi bisa diberikan tepat sasaran, yakni kepada mereka yang miskin. Alasan yang dikemukakan itu memang begitu rasional dan logis. Logika yang dipakai pemerintah selama ini bahwa yang menikmati harga BBM tersubsidi adalah hanya orang kaya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dari waktu ke waktu, memang kebijakan penaikan harga BBM (dalam berbagai bentuknya) sering tidak diimbangi kemudahan bagi orang miskin dan perbaikan fasilitas umum. Ada kecenderungan bahwa dana kompensasi yang ada kurang tepat sasaran karena disalahgunakan untuk kepentingan di luar hal ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Itulah yang membuat publik selalu ragu akan penaikan harga BBM bisa mengurangi kaum miskin. Dua hal yang menurut publik, dalam kenyataannya, selalu bertolak belakang dan tak ada buktinya di lapangan secara konkret. Penaikan harga BBM sering tidak diimbangi dengan penghapusan praktik pungli yang melekat dalam diri birokrasi dan pelayanan publik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Ketidakmampuan pemerintah menghapuskan biaya tinggi (<i>hight cost</i>) itulah yang membuat kebijakan penaikan harga BBM tidak mengubah nasib kaum miskin. Kaum miskin hidupnya semakin tersisih dalam daya tawarnya terhadap kekuatan global yang sekarang ini telah merasuki kekuatan politik dan pasar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kenaikan Harga BBM Sebagai Solusi?</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pada 2012 ini pemerintah kembali dihadapkan pada ke naikan harga minyak dunia. Meskipun kenaikan tersebut dipicu karena ketegangan politik sesaat di Timur Tengah, tidak ada seorang pun yang berani memprediksikan berapa lama hal itu akan berlangsung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Banyak yang menyarankan, seharusnya pada 2011 pemerintah sudah menaikkan harga BBM, khususnya Premium, secara bertahap dan tidak memberatkan. Dengan kenaikan bertahap tersebut, dampaknya tidak terasa. “Hanya dengan cara menaikkan harga BBM, kita bisa memperbaiki perekonomian bangsa dan mengurangi beban pemerintah. Naiknya Rp 2.000 oke, masih dapat dijangkau,“ kata mantan wapres Jusuf Kalla.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kalla menambahkan, meskipun kebijakan kenaikan harga BBM dianggap tidak populis, pemerintah harus segera mengambil langkah itu untuk mengalihkan anggaran subsidi pada pembangunan infrastruktur nasional. “Bukan soal diterima atau tidak oleh publik, mau baik infrastruktur atau tidak. Kalau subsidi BBM tinggi, tidak mungkin kita bisa perbaiki jalan, pilihannya di situ,“ kata JK.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kepastian pemerintah untuk menaikkan harga BBM itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat sidang kabinet, Rabu (22/2). “Harga BBM mau tidak mau mesti disesuaikan dengan kenaikan yang tepat, kenaikannya dalam nilai tertentu,“ kata Presiden SBY tanpa menjelaskan lebih rinci pelaksanaan kenaikan harga BBM subsidi ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dalam jangka pendek, daya beli masyarakat sudah pasti akan terpukul walau tak terlalu lama. Sebab, pemerintah sudah memberikan kompensasi berupa kenaikan gaji PNS, kenaikan upah tenaga kerja, dan ada bantuan tunai langsung. Butuh waktu sekitar dua-tiga bulan untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga BBM. Setelah itu, akan kembali normal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pada 2005 dan 2008 kenaikan harga BBM tinggi dilakukan karena melonjaknya harga dunia juga karena keterlambatan pengambilan keputusan yang menimbulkan ketidakpastian dan spekulasi di pasar uang dan harga-harga komoditas primer. Pelajaran yang berharga dari pengalaman tersebut adalah keputusan kenaikan harga BBM tidak boleh terlambat diambil dan diputuskan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Faktor pertama tidak dapat dihindari karena faktor eksternal. Namun, faktor kedua adalah faktor internal ekonomipolitik yang dapat dikendalikan.<br />Jadi, urusan jadi tidaknya kenaikan harga BBM bukan hanya persetujuan DPR, melainkan di internal ekonomi-politik pemerintahan sendiri. </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">●</span></div>
<div>
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"><br /></span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-90390266173736643842013-03-30T07:22:00.000-07:002013-03-30T07:58:36.657-07:00BBM dan Ketahanan Energi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">BBM dan Ketahanan Energi</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Pri Agung Rakhmanto, </span><em><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-style: normal;">DOSEN FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI</span></b></em></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<em><b><span style="font-family: Calibri, sans-serif; font-style: normal;">UNIVERSITAS TRISAKTI; PENDIRI REFORMINER INSTITUTE</span></b></em></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> KOMPAS, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in 0in 0.0001pt;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Menggunakan momentum naiknya harga minyak mentah dunia akibat tindakan Iran yang menghentikan ekspor minyak mereka ke sebagian negara di Eropa, Presiden SBY menyampaikan kepada publik bahwa harga BBM mau tak mau harus naik.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menyampaikan bahwa masyarakat miskin yang terkena dampaknya mesti mendapatkan bantuan langsung sementara (Kompas, 23/2/2012).</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dalam konteks polemik terkait opsi kebijakan bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini berkembang—pembatasan atau kenaikan harga—pernyataan Presiden secara langsung tersebut merupakan sinyal yang sangat terang benderang bahwa pilihan kebijakan yang akan dilaksanakan adalah kenaikan harga BBM, bukan pembatasan BBM seperti selama ini lebih kencang digaungkan oleh beberapa pejabat pemerintah.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Ini sejalan dengan sinyalemen sebelumnya ketika Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran BBM. Di dalamnya disebutkan, harga BBM dapat mengalami penyesuaian, naik atau turun. Hal ini sekaligus mempertegas pernyataan Menteri ESDM sebelumnya soal perlunya menekan subsidi BBM.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Tidak Populis</span></strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Bagi pemerintah, kenaikan harga BBM sangat tak populis dan dapat memunculkan kesan pemerintah menambah beban hidup rakyat karena menurunkan daya beli. Dari perspektif ekonomi, itu direpresentasikan melalui dampak kenaikan inflasi yang ditimbulkan. Dari kajian ReforMiner Institute (2012), kenaikan harga premium dan solar Rp 1.000 dan Rp 1.500 per liter akan menyebabkan tambahan inflasi 1,07 persen dan 1,58 persen.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dari perspektif politik, kenaikan harga BBM adalah amunisi ampuh bagi lawan politik pemerintah untuk menurunkan citra pemerintah di mata rakyat. Kenaikan harga BBM juga sering dikaitkan dengan masalah ketidakadilan karena opsi kenaikan harga BBM justru dipilih di saat praktik korupsi dan inefisiensi di birokrasi sendiri masih merajalela.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Lebih Produktif</span></strong><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Sikap pemerintah yang ragu-ragu dalam mengambil keputusan menaikkan harga BBM selama ini bisa dipahami dalam konteks politik yang lebih mengedepankan pencitraan. Dan menjadi sangat bisa dimengerti ketika dalam kondisi tidak ada pilihan lain yang lebih baik, langkah kenaikan harga BBM dibungkus dengan istilah ”menurunkan subsidi BBM”.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Setidaknya ada dua argumen yang mendasari mendesaknya harga BBM dinaikkan. Pertama, kenaikan harga BBM adalah salah satu instrumen efektif untuk mengalokasikan anggaran untuk hal-hal yang (jauh) lebih produktif. Kajian ReforMiner Institute (2012) menunjukkan, pada harga minyak di kisaran 105 dollar AS per barrel, kenaikan harga premium dan solar sebesar Rp 1.000 dan Rp 1.500 per liter dapat menghemat subsidi BBM hingga Rp 38,3 triliun dan Rp 57 triliun per tahun.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Anggaran sebesar itu akan jauh lebih produktif dan bermanfaat jika dialokasikan untuk menunjang pembangunan infrastruktur, baik infrastruktur energi maupun non-energi; penyediaan sarana transportasi publik; atau subsidi pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu. Artinya, kenaikan harga BBM tidak semata diperlukan untuk mengurangi beban APBN, tetapi juga membuat APBN bisa lebih berfungsi sebagai stimulus perekonomian nasional dan instrumen penyejahteraan.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Kedua, sepanjang harga BBM belum mencapai harga keekonomiannya, kenaikan harga BBM sejatinya memang diperlukan. Subsidi yang tepat adalah subsidi langsung kepada masyarakat yang berhak, bukan subsidi terhadap harga komoditas. Kenaikan harga BBM (subsidi) tidak hanya akan memperkecil disparitas harga dengan BBM nonsubsidi—sehingga penyalahgunaan dan pasar gelap BBM berkurang—tetapi juga bisa mendorong berkembangnya energi alternatif non-BBM, seperti bahan bakar gas (BBG) dan bahan bakar nabati (BBN).</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Selama harga BBM subsidi masih dipertahankan pada tingkat seperti sekarang ini, selama itu pula energi alternatif akan sulit berkembang secara progresif. Harga BBM yang terus-menerus disubsidi dan dipertahankan pada tingkat rendah akan mendorong konsumsi BBM yang berlebihan dan tidak terkendali. Dan itu berarti akan semakin memperparah ketergantungan kita terhadap minyak yang ketersediaannya semakin terbatas.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Status terkini, cadangan terbukti minyak kita hanya tinggal sekitar 3,7 miliar barrel. Dengan tingkat produksi yang ada, cadangan terbukti itu akan habis dalam waktu 11-12 tahun ke depan. Jadi, penyesuaian harga BBM adalah salah satu instrumen penting untuk memperkuat ketahanan energi nasional kita.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pilihan untuk menaikkan harga BBM secara de facto telah diambil pemerintah. Pro dan kontra pasti akan tetap muncul. Pemerintah perlu memfokuskan diri pada dua hal. Pertama, meminimalkan dan mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik. Kedua, mewujudkan secara nyata manfaat yang diperoleh dari kenaikan harga BBM dan ”mengembalikannya” kepada rakyat. ●</span></div>
<div>
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"><br /></span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-12059335369179950372013-03-30T07:21:00.005-07:002013-03-30T07:58:36.632-07:00Isu Iran dan Harga BBM<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Isu Iran dan Harga BBM</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Fahmi AP Pane, </span><b>TENAGA AHLI FRAKSI PPP DPR RI</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> REPUBLIKA, 27 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Perang psikologi dan diplomasi kapal perang (<i>gun boat diplomacy</i>) antara Iran dan sekutunya menghadapi Israel dan seku tunya meningkat. Harga minyak mentahpun meningkat ke posisi tertinggi selama delapan bulan terakhir. Secara bersamaan, menguat pula desakan mengubah UU No 22 Tahun 2011 tentang APBN 2012. Konsekuensinya boleh jadi adalah peningkatan besar subsidi BBM, pembatasan jumlah konsumsi BBM, kenaikan harga, penambahan utang baru, dan sebagainya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Goyangnya APBN karena konflik Iran dan Israel adalah ironis karena sejak 2007 Indonesia tidak lagi mengimpor minyak mentah dari Iran. Masalahnya, ketergantungan negeri ini terhadap impor minyak mentah dan BBM masih terlalu besar. Akibatnya, penerimaan negara dari produksi dan ekspor minyak mentah dan BBM tereduksi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Peluang Perang</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dua jenis BBM yang paling banyak disorot dalam isu pembatasan konsumsi dan atau kenaikan harga, yakni Premium (RON 88) dan solar (ADO) setiap harinya diimpor masing-masing sebanyak 37.600 kiloliter dan 23.800 kiloliter. Pertanyaannya, benarkah retorika kebencian yang terjadi di antara Iran dengan AS, Inggris, Israel, dan sekutunya akan berujung perang sungguhan sehingga APBN 2012 harus diubah atau bahkan dinyatakan darurat?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Untuk menjawabnya, penulis akan memaparkan berbagai manuver militer dan pernyataan politik dari kedua kubu. Peluang perang terbuka karena Iran pernah mengancam akan memblokade Selat Hormuz. Namun, sebenarnya itu reaksi spontan Iran terhadap manuver AS yang melobi Uni Eropa untuk mengembargo minyak Iran. Strategi kunci Iran terkuak. Repotnya, Rusia dan Cina tidak setuju penutupan selat dan mendesak Iran berunding lagi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Peluang perang juga dimunculkan Israel. Dalam banyak kesempatan, PM Benjamin Netanyahu mendesak AS dan Eropa untuk menyerang Iran karena telah mempersiapkan senjata nuklir.<br /> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Namun Presiden Obama menyatakan, menyerang Iran berisiko. Ia mengutamakan opsi pendekatan diplomatik (Reuters, 5 Februari).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Adapun Rusia dan Cina sebagai sekutu tradisional Iran dan rezim Assad (Suriah) konsisten menolak opsi militer terhadap Iran, termasuk melalui payung PBB. Sementara, Iran terlihat mulai menjauhi opsi militer dengan menawarkan perundingan kembali dan kesediaan diinspeksi IAEA (Badan PBB untuk Energi Atom).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Soal embargo minyak juga terlihat setengah hati. Uni Eropa memutuskan mengembargo minyak Iran mulai 1 Juli dengan alasan Yunani dan Italia dilanda krisis ekonomi. Iran membalasnya dengan mengancam menyetop pengiriman minyak ke Inggris dan Prancis. Tapi, sejak enam bulan terakhir Inggris tidak mengimpor minyak dari Iran.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Adapun India dan Korea sebagai importir utama minyak Iran menolak mengikuti keputusan Uni Eropa. Bahkan, belakangan Jepang menyatakan belum memutuskan memotong impor minyak dari Iran. Yang paling mungkin adalah serangan udara Israel ke fasilitas nuklir Iran.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Peluang ini membesar jika komunitas Yahudi internasional tidak menginginkan Presiden Obama terpilih kembali. Indikasinya ialah survei Pew yang menemukan 62 persen kaum Republiken berpendapat pemerintahnya harus mendukung serangan Israel. Dan, hanya sepertiga kaum Demokrat berpendapat demikian. Kalau ini terjadi, maka ini seperti kekalahan Presiden Jimmy Carter (Demokrat) yang populer karena perundingan Camp David pada 1978, namun gagal menangani penyanderaan warga AS di Kedubes Teheran sejak 4 November 1979. Uniknya, semua sandera dibebaskan beberapa saat sebelum Presiden Ronald Reagan (Republik) dilantik pada 20 Januari 1981.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Walaupun demikian, kita perlu mencermati apa yang luput diperhatikan saat Wapres Cina Xi Jinping mengunjungi AS. Selain bertemu Obama, dia bersua dengan tokoh-tokoh Yahudi, seperti Henry Kissinger, Madeleine Albright, Zbigniew Brezinski, Sandy Berger, dan lain-lain. Dilaporkan situs Pemerintah Cina (china.org.cn, 14 Februari), Xi disambut hangat oleh para tokoh <i>Grup Bilderberg</i>, <i>Council on Foreign Relations</i>, dan<i>Trilateral Commission</i>, organisasi rahasia yang disebut-sebut `menyutradarai' politik dunia. Sepanjang Cina tidak menyetujui penyerangan Iran dan para tokoh Yahudi Bilderberg merasa nyaman dengan Cina, maka pernyataan Netanyahu hanya menambah daftar perang kata-kata antara Amerika-Israel dan Iran sejak lebih dari 30 tahun lalu.</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Karena itu, Indonesia lebih baik fokus pada solusi lebih mendasar ketimbang hanya membicarakan kenaikan harga BBM atau pembatasan volume konsumsi. Misal, perubahan UU Migas, pengutamaan produksi minyak untuk kilang domestik, konversi sebagian BBM kepada gas, pengembangan transportasi publik, dan sebagainya. ●</span></div>
<div>
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;"><br /></span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4173955525529222736.post-9360751152289165332013-03-30T07:21:00.002-07:002013-03-30T07:21:09.039-07:00Harga BBM dan Keadilan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;">Harga BBM dan Keadilan</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 22pt;"><br /></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<span style="font-family: FranklinGothic-ExtraCond, sans-serif; font-size: 14pt;">Bambang Soesatyo, </span><b>ANGGOTA KOMISI III DPR FRAKSI PARTAI GOLKAR</b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<b><span style="font-family: FranklinGothic, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber :<i> SINDO, 28 Februari 2012</i></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 20px; margin: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Pemerintah harus memaksimalkan dulu pemanfaatan anggaran sebelum menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak) bersubsidi. Karena efektivitas pemanfaatan anggaran masih sangat rendah,rakyat akan merasa dizalimi jika pemerintah begitu saja menaikkan harga BBM bersubsidi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 22px;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">Dengan alasan situasi perekonomian global yang terus diselimuti ketidakpastian,menaikkan harga BBM bersubsidi menjadi kebijakan yang sulit dihindari pemerintah sebab harga minyak mentah di pasar internasional meningkat tajam. Konsekuensinya,beban subsidi BBM dalam APBN tahun berjalan dipastikan membengkak. Tahun lalu subsidi BBM membengkak dari pagu Rp129,7 triliun menjadi Rp165,2 triliun.<br /><br />Mudah dipahami kalau rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi didorong oleh kenaikan harga minyak mentah dunia yang dipicu oleh ketegangan Iran versus Amerika Serikat,sejumlah negara di Eropa, serta Israel. Harga minyak naik sangat tajam menyusul keputusan Iran menghentikan ekspor minyak ke sejumlah negara di Eropa Barat. Harga minyak mentah dunia bergerak naik memasuki kisaran USD120 per barel, sementara Indonesia Crude Price (ICP) hanya diasumsikan USD90 per barel.<br /><br />Sudah bertahun-tahun pemerintah menunjukkan iktikad menaikkan harga BBM bersubsidi. Alasannya pun selalu sama, yakni terjadi pembengkakan subsidi BBM akibat dua faktor. Fluktuasi harga minyak dunia dan penambahan kuota BBM bersubsidi. Sudah disiapkan sejumlah opsi dan skenario pembatasan konsumsi BBM bersubsidi, tetapi iktikad mengurangi subsidi BBM selalu dibatalkan.<br /><br />tahun ini pemerintah akhirnya benar-benar ‘berani’ menaikkan harga BBM bersubsidi, pastilah karena pemerintah merasa alasannya sudah sangat lengkap.Pemerintah memanfaatkan momentum ketegangan Iran versus Barat untuk merealisasikan kenaikan harga BBM bersubsidi. Pemerintah berasumsi bahwa rakyat bisa memahami kebijakan ini karena banyak negara pun tahun ini harus mengubah kebijakan energinya masingmasing.<br /><br />Namun, alasan ketegangan internasional itu saja belum cukup. Situasi global masih diselimuti ketidakpastian sehingga niat merealisasikan kenaikan harga BBM bersubsidi itu terlalu terburu-buru.Kalau Iran dan AS-Eropa dalam jangka dekat bisa mencari jalan tengah sehingga mendorong penurunan harga minyak mentah dunia, rakyat tetap dirugikan karena pemerintah belum tentu bersedia menurunkan lagi harga BBM bersubsidi yang sudah dinaikkan dengan alasan lonjakan harga minyak mentah dunia.<br /><br />Karena itu, demi keadilan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, harga BBM bersubsidi harus tetap dipertahankan pada posisinya yang sekarang, sambil terus mengamati fluktuasi harga minyak mentah dunia. Pengalaman membuktikan bahwa pembengkakan subsidi BBM tidak membuat perekonomian Indonesia bangkrut. Melalui mekanisme subsidi BBM itu, rakyat kalangan bawah di Indonesia bahkan bisa menikmati sedikit tingginya pertumbuhan ekonomi yang tahun lalu mencapai 6,5% itu.<br /><br />Desember tahun lalu pemerintah mengajukan usul penambahan kuota BBM bersubsidi 1,5 juta kilo liter. Dengan tambahan itu, kuota BBM bersubsidi tahun 2011 menjadi 41,9 juta kilo liter dari sebelumnya 40,4 juta kilo liter.Biaya untuk tambahan kuota itu diperkirakan Rp4,5 triliun. Sudah terbukti bahwa keuangan negara tidak mengalami gangguan serius.<br /><br /><b>Tidak Adil </b><br /><br />Kalau mengacu pada keluhan pemerintah,pembengkakan subsidi BBM mestinya tidak patut dijadikan isu.Pun jangan dikambinghitamkan sebagai faktor perusak keseimbangan APBN. Pembengkakan ini terjadi karena subsidi salah sasaran. Pemerintah justru harus memperbaiki kesalahannya. Kuota subsidi BBM tidak perlu ditambah jika pemerintah mampu mendistribusikan BBM bersubsidi dengan tepat.<br /><br />Karena itu, jangan melemparkan kesalahan itu kepada kalangan konsumen BBM bersubsidi. Kalau pemerintah bisa meningkatkan efektivitas pemanfaatan anggaran, mestinya tidak ada persoalan serius yang berkait dengan anggaran untuk subsidi BBM. Karena pemanfaatan anggaran masih jauh dari efektif, subsidi BBM dijadikan kambing hitam.<br /><br />Ketika memberi pengarahan pada sidang kabinet di Kantor Presiden pertengahan Desember 2011, Presiden mempersoalkan minimnya anggaran belanja infrastruktur di APBN karena sebagian besar anggaran habis untuk biaya rutin seperti gaji pegawai dan belanja modal kementerian/ lembaga.Rabu (22/2) pekan lalu Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan penggunaan anggaran pemerintah seharusnya untuk hal yang menyentuh masyarakat luas.<br /><br />“Hampir seluruh instansi penyerapannya ekstrem di akhir-akhir tahun. Di awal tahun lebih didominasi gaji dan operasional saja, dan yang menyentuh masyarakat luas kurang sekali, ”kata Menkeu. Kalau seperti itu kenyataannya, mengapa pemerintah tidak mengoreksi dulu kebijakan tentang alokasi dan pemanfaatan anggaran sebelum mempersoalkan anggaran subsidi BBM?<br /><br />Apa yang dikemukakan Presiden dan Menkeu itu jelas otokritik atau ajakan introspeksi mengenai perlunya meningkatkan efektivitas pemanfaatan anggaran. Subsidi BBM dan pembangunan infrastruktur merupakan kepentingan rakyat. Menjadi tidak adil kalau subsidi BBM harus dikurangi sementara pemerintah dalam praktik pengelolaan dan pemanfaatan anggaran lebih memprioritaskan gaji dan belanja rutin K/L.<br /><br />BBM bersubsidi itu bermakna sangat strategis sehingga jangan asal bicara untuk masalah yang satu ini. Boleh jadi, setelah menyimak sejumlah pernyataan para petinggi di Jakarta,para spekulan saat ini sedang berulah menggoreng harga BBM bersubsidi di pelosok-pelosok daerah.<br /><br />Artinya, jangan pernah lagi mewacanakan kenaikan harga BBM bersubsidi di ruang publik. Kalau masih dalam tahap rencana, biarkan menjadi masalah dalam birokrasi pemerintah. Setelah final, barulah kebijakan itu disosialisasikan. </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 25px;">●</span></div>
</div>
marisa wajdihttp://www.blogger.com/profile/04803733069202461125noreply@blogger.com0